SuaraJogja.id - Sebuah tenda terpasang di depan rumah Bani (52) dan Wagiyah (52) warga Padukuhan Temuireng II RT 05 RW 08 Kalurahan Girisoka Kapanewonan Panggang Gunungkidul. Sejak, Senin (4/1/2021) tetangga dan kerabat datang ke kediaman pasangan suami istri yang berprofesi sebagai petani ini.
Para tetangga dan kerabat hadir untuk menyampaikan rasa bela sungkawa atas kepergian anak kedua dari pasangan ini,
Sunakip Setiawan (21). Nakip, pemuda ini dikabarkan meninggal dunia di kapal nelayan Taiwan, Senin (4/1/2021) siang.
Di ruang tengah, nampak belasan orang laki-laki duduk berkeliling sementara di ruang belakang ibunda Nakip, Wagiyah terlihat terus menangis. Para tetangga mencoba menenangkan Wagiyah agar tidak terlalu bersedih
Ayah Nakip, Bani (41) mengatakan, Nakip pergi menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sekitar 1,5 tahun yang lalu. Anak kedua dari tiga bersaudara ini selepas lulus dari SMK Pelayaran Tanjungsari tahun 2018 langsung mendaftar untuk ikut berlayar kapal asing.
Baca Juga:Dugaan Tabrak Lari di Bantul, Remaja Asal Gunungkidul Terancam Diamputasi
"Cita-cita anak saya memang ingin bekerja di kapal luar negeri,"tutur Bani ketika ditemui di rumahnya, Selasa (5/1/2021).
Selepas lulus, Nakip memang sempat menganggur sekitar 6 bulan sebelum berangkat ke Taiwan. Nakip sebenarnya sudah mendaftar bekerja ke Taiwan melalui PJTKI yang telah bekerjasama dengan pihak sekolah SMK Pelayaran Tanjungsari. Nakip juga mendapat informasi adanya lowongan pekerjaan di luar negeri dari pihak sekolah.
Tekad Nakip untuk berangkat ke Taiwan ikut kapal nelayan tersebut semakin kuat karena ada dua orang warga Padukuhan Temuireng yang juga sudah pergi berlayar ikut kapal nelayan berbendera Taiwan. Nakip-pun berangkat bersama dua orang tetangganya tersebut.
"Sudah menjadi tekad anak saya. Saya tidak bisa mencegahnya,"kata Bani.
Bani menceritakan, anaknya berlayar selama 5-8 bulan sekali dan berlibur di darat sekitar 2 minggu. Selama di darat, Nakip sering berkomunikasi dengan pihak keluarga. Banipun mengaku berkomunikasi terakhir dengan anaknya sekitar sebulan yang lalu.
Baca Juga:Tak Terpengaruh Pandemi, Gunungkidul Dibanjiri 1,8 Juta Wisatawan di 2020
Dari komunikasi terakhir tersebut, Nakip berpesan agar orangtuanya tidak boros dalam menggunakan uang. Selain itu, Nakip juga mengabarkan jika dirinya sudah betah bekerja karena pekerjaannya cukup menyenangkan. Anaknyapun rajin mengirimkan uang untuk keperluan orangtuanya.
"Saya itu pernah mengambil uang di bank 2 kali masing-masing sebesar Rp 4 juta. Setelah itu ndak pernah mengecek lagi isi (ATM)nya berapa,"terangnya.
Sampai saat ini, pihak keluarga belum mengetahui secara pasti penyebab Nakip meninggal. Karena Nakip sama sekali tidak mengeluh sakit dan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Saat berangkatpun Nakip dalam keadaan sehat sehingga lolos seleksi.
Bani berharap agar anaknya bisa dipulangkan bagaimanapun caranya agar bisa dikuburkan di pemakaman setempat. Apalagi dua anaknya kini juga tengah merantau ke Sumatera. Sehingga ia tetap ingin anaknya bisa berkumpul di Padukuhan Temuireng.
"Anak saya yang bungsu sedang perjalanan pulang dari Sumatera,"terangnya.
Nakip Ingin Memperbaiki Rumah Orangtuanya
Nakip, anak pasangan Bani dan Wagiyah sebenarnya anak yang patuh dan taat beragama. Sebelum dikabarkan meninggal dunia, anaknya pernah mengungkapkan ingin memperbaiki rumah orangtuanya sepulang dari dirinya merantau. Nakip sendiri mendapat kontrak selama 2 tahun ikut berlayar di Taiwan.
Kemarin, Senin (4/1/2021), Bani memulai menebang kayu untuk membantu anaknya memperbaiki rumah tinggalnya. Karena ia berpikir anaknya sebentar lagi pulang dari perantauan. Ketika anaknya sudah sampai di rumah bisa langsung memperbaiki rumah mereka.
"Sebelum puasa katanya sudah sampai rumah. Jadi saya kemarin mulai menebang kayu. Lha kok waktu yang sama malah dikabari anak saya malah meninggal,"kata Bani sembari menahan tangis.
Meskipun telah tiada, Bani tetap akan berusaha mewujudkan cita-cita anaknya untuk memperbaiki rumahnya. Ia akan berusaha keras mewujudkan mimpi anaknya tersebut. Karena baginya, kata-kata anaknya tersebut adalah amanah yang harus diwujudkan.
Paman Nakip, Waljito (41) mengatakan Nakip adalah anak yang baik. Nakip tidak pernah berperilaku aneh dan cenderung pendiam. Di kampungnya, Nakip termasuk anak yang gampang bergaul dengan siapa saja dan termasuk atlit bola voli andalan kampung tersebut.
"Kami kehilangan sosok atlit voli terbaik,"terangnya.(julianto)
Penyebab Kematian Masih Belum Jelas
Pihak keluarga mendapat kabar kematian Sunakip Setiawan (21) dari Kepala Dukuh mereka, Senin (4/1/2021) malam selepas Maghrib. Dan Kepala Dukuh mereka mendapat informasi tersebut usai dihubungi oleh PJTKI di Jakarta yang memberangkatkan Nakip.
Kerabat Bani, Danang Wahyudiyanto (37) warga Temuireng II mengatakan kemarin siang dari pihak PJTKI menelepon Kepala Dukuh yang menginformasikan meninggal bahwa Nakip meninggal dunia di kapal saat berlayar. Kemudian langsung di bawa ke darat dan langsung diotopsi ke rumah sakit.
"Jadi untuk penyebab meninggalnya masih menunggu hasil otopsi. Hasilnya katanya mau disampaikan hari ini,"terangnya.
Usai mendapat kabar tersebut, kepala dukuh menghubungi dirinya dan keduanya langsung mendatangi rumah orangtua Nakip. Pihak keluargapun berembug bagaimana caranya agar bisa memulangkan jenazah Nakip. Namun untuk kepastian bisa dipulangkan atau tidak masih menunggu kabar dari Taiwan.
Berdasarkan informasi sementara yang didapat, jika nanti Nakip meninggal karena Covid19 maka jenazahnya tidak bisa dipulangkan. Namun jika Nakip meninggal bukan Covid19 maka kemungkinan besar jenazah Nakip bisa dibawa ke tanah air.
Danang menandaskan jika pihak keluarga tetap berharap agar Nakip dipulangkan. Tak hanya Nakip, keluarga dua TKI lain yang merupakan tetangga Nakip, Udiyantoro dan Edi yang juga berangkat bersama-sama dengan Nakip juga dipulangkan meskipun belum habis masa kontraknya.
"Meski belum pasti, kami tetap akan melaksanakan tahlilan selama 7 hari,"tambahnya.
Kontributor : Julianto