SuaraJogja.id - Tahun ini 2021, Tahun baru Imlek jatuh pada Jumat (12/2/2021). Meski dirayakan secara berbeda dan tidak semeriah tahun sebelumnya, tetapi masyarakat Tionghoa tetap antusias menyambut hari besar tersebut.
Ulama kondang Ustaz Yusuf Mansur pun turut menambah gegap gempita perayaan tahun baru yang identik dengan warna merah dan kuning keemasan ini. Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @yusufmansurnew, penulis buku ini menceritakan kenangan masa kecilnya ketika perayaan Tahun Baru Imlek.
Ketika dulu neneknya masih hidup, bersama dengan orang tuanya, sejak kecil hingga Ustaz Yusuf Mansur menginjak usia SMP, ia selalu berkeliling rumah tetangga-tetangganya yang merupakan orang Tionghoa. Nenek dan orang tuanya akan memasak berbagai makanan, kemudian memasukkannya ke dalam rantang khas tempo dulu.
"Kami selalu seneng. Sebab pulangnya, bawa kue keranjang, kue china. Dan kami dapet angpao, hehehe," tulis Ustaz Yusuf Mansur dalam keterangannya.
Baca Juga:Peringati Imlek, Gus Mis: Indonesia Penuh Kemajemukan
Ia bersama dengan saudara-saudaranya selalu merasa senang melakukan hal tersebut. Sebab, datang membawa rantang berisi makanan, keluarganya biasanya pulang membawa kue keranjang, kue khas China, dan sebagai anak-anak, ia juga selalu mendapatkan angpao -- amplop yang umumnya berwarna merah berisi uang yang lumrah diberikan orang dewasa saat perayaan Imlek.
Ustaz Yusuf Mansur menambahkan, masjid tertua kedua di Jakarta, yakni Masjid Al-Mansuriyah, yang dibangun pada tahun 1717, di bagian tengahnya bukan berbentuk kubah, melainkan bentuk seperti genteng khas milik orang Tionghoa. Sampai sekarang, bentuk genteng tersebut masih sama dan belum diubah. Bahkan ada bentuk ular dan naga disisi kanan dan kiri bangunan.
Saat ini, Ustaz Yusuf Mansur memiliki banyak teman Tionghoa yang baik hati, kebanyakan tergabung dalam komunitas menulis serta CEO. Sering berhubungan dengan mereka, Ustaz Yusuf Mansur menyebutkan bahwa orang Tionghoa itu baik hatinya, mau berjuang untuk sekitar 400 orang karyawan.
"Seperti Pak Harianto Tien. Suasana covid, tetep berjibaku menyelamatkan ekonomi keluarga 400an karyawannya ini," imbuh Ustaz Yusuf Mansur .
Meski tidak semua orang Tionghoa yang dikenalnya beragama Islam, tetapi rekan-rekannya tersebut tetap mau berjuang dengan cara yang bagi seorang Muslim masih tergolong halal. Bahkan dari 400 orang karyawan tersebut, para wanita Muslim yang ada di sana diperbolehkan untuk mengenakan hijab sebagai identitas keagamaan.
Baca Juga:Dear ASN Kota Serang yang Keluar Kota Libur Imlek, Sanksi Sudah Menunggu
Para karyawannya juga diizinkan untuk mengadakan pengajian. Di kediaman Harianto Tien, yang berada di kawasan Alam Sutera, asisten rumah tangganya juga seorang wanita beragama Islam. Tidak hanya diizinkan berhijab, tetapi ia juga disediakan dapur halal dengan peralatan yang halal, tempat salat, serta berbagai kebaikan lainnya.
Dari ceritanya, Ustaz Yusuf Mansur juga menyebutkan bahwa tidak sedikit orang Tionghoa yang memberangkatkan karyawannya pergi haji maupun umrah. Bahkan, ia menilai, tanpa adanya izin Allah dan peran Hary Tanoesoedibjo, kegiatan dakwahnya di Indonesia dan mancanegara tidak akan berjalan seperti saat ini.
"Saya nyaman banget berada di tengah-tengah mereka. Auranya positif. Penuh optimisme. Penuh kekeluargaan," imbuh Yusuf Masur.
Semasa kecil, ia juga memiliki banyak teman yang merupakan keturunan China. Salah satunya bernama Riki, di mana dalam sejarah hidup Ustaz Yusuf Mansur, ibu dari rekannya tersebut memiliki pengaruh besar menjadikan dirinya seorang pengusaha dan pedagang. Banyak juga rekan-rekan Tionghoa-nya yang beragama Islam.
Ustaz Yusuf Mansur bahkan sempat diajarkan ceramah oleh temannya di Masjid PITI yang terletak di kawasan Pasar Baru.
Sejak diunggah pada Kamis (11/2/2021) malam, ceritanya bersama dengan orang-orang Tionghoa sudah disukai lebih dari 6.000 pengguna Instagram. Di kolom komentar, banyak yang ikut menceritakan pengalamannya hidup berdampingan bersama orang chinese.