Anosmia Bisa Permanen, Dokter RSA UGM Sarankan Latihan dengan Aroma Ini

Ia menambahkan, anosmia memiliki akibat yang tidak bisa disepelekan.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 26 Februari 2021 | 09:59 WIB
Anosmia Bisa Permanen, Dokter RSA UGM Sarankan Latihan dengan Aroma Ini
Ilustrasi hidung. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Normalnya kemampuan penciuman atau kesembuhan dari anosmia pada pasien Covid-19 cukup beragam. Ada pasien yang sembuh dari anosmia setelah beberapa minggu, dan ada pula yang sembuh dalam hitungan bulan. Bahkan dalam beberapa kasus, anosmia bersifat permanen.

Kondisi tersebut disampaikan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr Mahatma Sotya Bawono.

"Ada yang bisa pulih dari anosmia, tetapi ada yang menetap atau tidak pulih. Namun, sejauh ini lebih banyak yang pulih," jelasnya, Kamis (25/2/2021).

Boni mengungkapkan, ada pasien Covid-19 yang ditanganinya hingga dua bulan sejak terjangkit virus corona tak kunjung menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada kemampuan penghidu atau penciumannya.

Baca Juga:3 Orang Positif COVID-19, Puluhan Santri di Tasikmalaya Hilang Penciuman

"Salah satu pasien saya ada yang sampai 2 bulan pasca-Covid-19 tidak juga pulih," jelas dia, dikutip dari rilis UGM.

Saat ini, kata Boni, memang belum ada panduan standar untuk membantu mengembalikan fungsi penciuman pasien Covid-19.

Meski begitu, kesembuhan dapat didorong melalui terapi atau latihan dengan memberikan stimulasi pada indra penciuman. Misalnya, berlatih mengendus setiap hari menggunakan aroma berbeda-beda, antara lain aroma lemon, minyak atsiri, kopi, dan lainnya.

"Penggunaan aroma-aroma tersebut dapat untuk melatih penghidu. Berhasil tidaknya ini tentu tergantung dari derajat kerusakannya," kata Boni.

Ia menambahkan, hilangnya kemampuan penciuman ini memiliki akibat yang tidak bisa disepelekan.

Baca Juga:Bukan Cuma Karena Covid-19, Ini Sebab Orang Hilang Indra Penciuman Anosmia

"Kalau tidak bisa menghidu, nanti aroma makanan juga tidak bisa tercium dan ini dapat menurunkan selera makan. Dalam jangka panjang bisa memengaruhi kualitas hidup," tutur Boni.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini