"Kelapa gading berwarna oranye dan kuning, kelapa puyuh dan kelapa minion dengan bentuk batok panjang, itu bagus kalau dibuat [bonsai]," tutur pria yang menjabat sebagai Korlap Unit Lak Wedomartani itu.
Menurutnya, bonkla memang memiliki keunikan tersendiri, yang dapat dilihat dari daunnya yang hijau dan akarnya yang masuk di dalam pot, sementara tempurung kelapa masih berada di atas permukaan.
Ternyata tidak hanya Agung saja yang menekuni dan berkreasi dengan tanaman kelapa. Mayoritas Relawan Wedomartani (Rewo) pun diketahui juga memiliki hobi yang sama dengan membuat bonsai kelapa.
Salah satu relawan yang juga menekuni bonkla adalah Heru Widayat. Ia mengaku memilih kegiatan bonsai kelapa ini untuk mengisi waktu luang di masa pandemi Covid-19.
Baca Juga:Tak Cuma Jadi Hiasan, Tanaman Ini Bisa Bikin Ruangan Bebas Polusi Udara
Alhasil, hingga saat ini Heru sudah memiliki puluhan tanaman bonkla di rumahnya.
"Ya sudah ada puluhan [bonsai kelapa] di rumah," ujar Heru.
Heru menyebutkan, perlu ketelatenan untuk merawat bonsai kelapa tersebut agar tetap bisa berkembang dan hidup.
Perawatan yang dilakukan itu bermacam-macam, di antaranya memperhatikan bonkla agar tidak terlalu lama terpapar terik sinar matahari. Sebab, tempurungnya berada di atas permukaan, maka dimungkinkan untuk mudah retak.
"Lalu, pada bagian batang harus dilakukan penyayatan secara berkala biar bonsai tumbuh sesuai yang diinginkan. Setelah disayat, diusahakan jangan terkena air," terangnya.
Baca Juga:Bukan Bawa Martabak, Pria Ini Apel ke Rumah Pacar Bawa Seperangkat Tanaman
Pemupukan bonkla, kata Heru, selama ini menggunakan pupuk alami, mulai dari pupuk kandang atau kotoran kambing saja.