Terdampak Pandemi, Bule Belgia Beralih Jual Ayam Panggang di Prawirotaman

Bule Belgia ini dan sang istri buka warung ayam panggang di kawasan Prawirotaman

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 27 Maret 2021 | 18:46 WIB
Terdampak Pandemi, Bule Belgia Beralih Jual Ayam Panggang di Prawirotaman
Veronica saat menyiapkan pesanan ayam panggang khas Belgia di warungnya "Chicken Shack" di Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Ayam bakar atau panggang mungkin sudah bukan hal baru bagi lidah masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta. Namun bagaimana dengan ayam panggang dengan citarasa khas Belgia?

Mungkin di Yogyakarta belum banyak yang menyajikan kenikmatan ayam panggang dengan resep khusus itu. Kini warga Jogja hanya perlu duduk di rumah saja untuk mencicipi citarasa ayam panggang dari negara yang terletak di Eropa Barat tersebut.

Adalah Michael van den Bremt (48) dan sang istrinya Veronica Tri Haryanti (29) asal Kendal memberanikan diri membuka tempat makan bernama "Chicken Shack" di Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta di tengah situasi pandemi Covid-19.

Keberanian Michael dan Veronica membuka tempat makan itu bukan tanpa alasan. Keduanya menjadi salah satu yang terdampak dari sisi pekerjaan. Pasalnya Vero yang sebelumnya bekerja di bidang event dan Michael di bidang pariwisata harus memutar otak setelah pekerjaan keduanya mandek akibat pandemi.

Baca Juga:Sudah Direvitalisasi, Pasar Prawirotaman Bakal Fokus ke Transaksi Digital

"Ya memang karena tidak ada kerja. Saya kerja di pariwisata dulu. Istri juga tidak bekerja lagi. Dari April 2020 terus ya ini konsep [warung makan] sudah ada rencana 2 tahun lebih untuk bangun tapi cari lokasi dulu," kata Michael saat ditemui di warungnya, Sabtu (27/3/2021).

Michael dan Veronika berjualan ayam panggang khas Belgia. [Instagram]
Michael dan Veronica berjualan ayam panggang khas Belgia. [Instagram]

Akhirnya mereka memilih kawasan Tirtodipuran sebagai lokasi warungnya dengan alasan dengan kawasan Prawirotaman yang notabene banyak warga asing di Jogja yang mampir ke situ. Belum lagi dengan menjamurnya hotel-hotel di sekitar kawasan Prawirotaman.

"Sebenarnya kita dapat lokasi ini akhir Juli terus mulai Agustus kita langsung renovasi-renovasi. Soalnya awalnya ini berantakan seperti tempat sampah. 4 bulan kita kerjain. Dan awal Desember kita buka. Targetnya kita mau buka sebelum natal karena kita pikir natal kemarin ada market lokal yang masuk," ujarnya.

Jalan 4 Bulan

Michael menyatakan bahwa bisnis warung makan itu memang milik istrinya Veronica. Keduanya yang suka memasak seolah menjadi peluang usaha yang bisa dimanfaatkan di tengah kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini.

Baca Juga:Banyak Perbaikan, Walkot Jogja Target Pasar Prawirotaman Beres Pekan Depan

Dari hobi yang sama tersebut, Michael yang telah berbekal resep hingga cara memasak ayam panggang khas Belgia dari keluarganya secara turun temurun. Lalu memutuskan untuk mengajarkan itu kepada Vero.

"Bisnis ini sebenarnya istriku yang punya tapi karena aku orang Belgia dan suka memasak dan istri juga suka masak. Jadi aku ajarkan kepada istri," tuturnya.

Menurutnya, warung makanan khas Belgia di Jogja juga belum terlalu banyak bahkan mungkin belum ada. Sehingga keputusan untuk membuat Chicken Shack ini dirasa menjadi keputusan yang tepat.

Sejauh ini respon masyarakat, kata Michael banyak yang ingin tahu rasanya ayam panggang khas Belgia ini. Dan sampai sekarang yang sudah mencoba pun tidak ada yang memberikan komentar negatif.

Veronica saat menyiapkan pesanan ayam panggang khas Belgia di warungnya "Chicken Shack" di Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Veronica saat menyiapkan pesanan ayam panggang khas Belgia di warungnya "Chicken Shack" di Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

"Iya baru sekitar 4 bulan ini. Aku pikir ke depan akan ada turis yang masuk juga kalau di Prawirotaman. Tapi untuk sementara kita beruntung sekali karena malah sekarang ada market lokal dan lumayan," cetusnya.

Michael menjelaskan warung makannya menawarkan beberapa menu andalan dengan citarasa Belgia. Beberapa di antaranya ada, Vol-au-vent, Belgium Stew, Roasted Chicken, hingga Belgium Meatballs in Tomatoes Sauce.

Dipastikan bahwa semua menu yang tersedia di Chicken Shack halal. Jika ada masakan yang menggunakan bir pun sudah diberi keterangan sehingga pelanggan bisa memilih sendiri.

Berjuang di tengah pandemi

Michael tidak menampik dampak pandemi Covid-19 ini memang sangat terasa. Bahkan pandemi ini lebih jauh berdampak dibandingkan dengan efek bom Bali yang juga pernah dilalui saat pekerjaannya kemarin.

"Dampak pandemi memang terasa belum terjadi. Dulu ada bom Bali memang terasa tapi itu cuma sebentar. Kalau sekarang seluruh dunia. Kerja di pariwisata memang susah sekali. Mereka mungkin jadi sektor terakhir yang mulai bangun lagi," ucapnya.

Sekarang pun saat membuka bisnis rumah makan tersebut, dampak pandemi masih terus terasa. Kendati tidak bisa berbuat banyak namun usaha itu tetap terus ditemui oleh keduanya.

"Pandemi ya tetap sepi kalau dalam situasi sekarang kita tidak boleh komplain karena setiap hari ada pesanan tapi ya karena pandemi tetap sepi. Sementara bisa tutup ongkos semua dan itu bersyukur dalam situasi sekarang ini," ungkapnya.

Senada, Veronica mengatakan dampak pandemi ditambah dengan penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jogja membuat usahanya sedikit terganggu.

Pasalnya dengan aturan PPKM itu, jam operasional sempat menjadi semakin terbatas. Hal itu berpengaruh dengan pelanggan yang datang.

"Ya PPKM itu berpengaruh. Pertama kali itu kita sangat terpukul, karena hanya boleh buka maksimal sampai jam 19.00 WIB saja. Padahal itu kan waktunya orang makan malam. Kalau sekarang ya sudah bisa pukul 21.00 WIB agak mendingan," ujar Vero.

Bahkan akibat pandemi, Vero terpaksa harus memangkas jumlah karyawannya. Pada awalnya, Vero memiliki empat karyawan yang bekerja namun terpaksa harus dikurangi menjadi dua orang saja.

"Iya karyawan ada 2 sekarang padahal sebelumnya ada empat. Tapi ya harus lepas karena pandemi ini. Tidak suka juga tapi gimana lagi," ucapnya.

Siapkan layanan pesan antar

Ditanya mengenai perkembangan bisnis ayam panggang khas Belgia miliknya, Vero mengatakan tidak terlalu ada kendala di samping dampak dari pandemi. Dari segi memasak hingga mengatur operasional sendiri tidak ada masalah.

Mengenai bahan-bahan yang digunakan pun, tetap masih selalu bisa didapatkan. Walaupun memang ada beberapa bahan yang perlu dicari melalui toko atau pesan online

"Bahan-bahan juga ada beberapa yang bisa ditemukan di sini [Jogja] tidak harus ke Belgia. Namun memang ada bahan seperti daun laurier atau yang mirip seperti daun salam, tapi lebih pekat rasanya harus dicari online. Atau bisa juga diganti dengan daun salam. Kalau pakai daun laurier empat buah, kalau diganti daun salam bisa delapan buah. Walaupun rasanya tetap akan beda," paparnya.

Vero menyatakan akan terus berusaha untuk mengembangkan usaha warung makannya itu. Salah satunya dengan rencana untuk menyediakan layanan pesan antar bagi para pelanggannya.

Warung ayam panggang khas Belgia milik Michael dan Veronika. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Warung ayam panggang khas Belgia milik Michael dan Veronika. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Hal itu sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Pasalnya selama ini jika menggunakan layanan ojek online terdapat biaya tambahan yang perlu dibayar oleh konsumen ketika membeli makanannya.

Tidak jarang, Vero malah meminta konsumennya untuk memesan saja melalui pesan singkat dan langsung kepadanya. Dari situ nanti pelanggan hanya tinggal duduk manis dan pesanan akan dikirimkan.

"Rencananya mau investasi dengan membeli motor agar ada layanan pesan antar. Sekarang sudah ada sih pakai ojek online tapi itu ada ongkos atau biaya tambahan," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini