Petani Gantung Diri Usai Makan dengan Keluarga, 2021 Sudah 23 Warga Gunungkidul Bunuh Diri

Jumlah ini nyaris mendekati angka total kasus bunuh diri yang tercatat pada 2020 silam, yaitu sebanyak 29 kasus.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 18 Juni 2021 | 09:33 WIB
Petani Gantung Diri Usai Makan dengan Keluarga, 2021 Sudah 23 Warga Gunungkidul Bunuh Diri
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Ws (51), petani asal Pedukuhan Dunggubah 2, Kalurahan Duwet, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Jasad Ws kali pertama ditemukan oleh istrinya, Tk (47), Kamis (16/6/2021) sekitar pukul 13.30 WIB.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, Kamis pagi Ws masih terlihat mencari rumput. Ketika pulang, istri Ws tidak melihat ada kejanggalan apa pun saat tiba di rumah. Namun berdasarkan keterangan istri, almarhum memang sering mengeluhkan sakit kepala dan berhalusinasi

Sekitar pukul 13.00 WIB, Ws masih terlihat makan siang bersama keluarga. Namun sekitar pukul 13.30 WIB, Ws ditemukan tergantung di dapur rumah. Tk adalah orang pertama yang melihat jasad Ws tergantung di dapur rumahnya.

"Iya benar. Kami sudah cek dan korban murni meninggal karena gantung diri," tutur Kapolsek Wonosari Kompol Mugiman ketika dikonfirmasi ke nomor pribadinya.

Baca Juga:Temuan Baru, Gas Tertawa Dapat Mengobati Gejala Depresi, Kok Bisa?

Saat itu, korban dalam posisi tergelantung dengan leher terikat tali. Terdapat bercak darah di kaki kanan korban.

Menurut keluarga, tidak ada yang mengetahui penyebab korban gantung diri. Namun, diduga korban mengalami depresi atas sakit kepalanya. Setelah dilakukan olah TKP dan pemeriksaan oleh tim medis, tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiaya. Selanjutnya korban diserahkan kepada pihak keluarga.

Kasubbag Humas Polres Gunungkidul Iptu Suryanto mengatakan, selama Januari-Juni 2021, Gunungkidul telah mencatatkan 23 kasus bunuh diri, dan Ws merupakan orang ke-23. Jumlah ini nyaris mendekati angka total kasus bunuh diri yang tercatat pada 2020 silam, yaitu sebanyak 29 kasus.

"Sebagian besar aksi dilakukan dengan cara gantung diri. Tercatat hanya 2 kasus di tahun ini yang dilakukan dengan meminum zat beracun," paparnya.

Suryanto menyebutkan, sebagian besar korbannya perempuan dan rata-rata lanjut usia (lansia). Merujuk data yang ada, penyebab bunuh diri memang cukup beragam. Namun, paling banyak karena penyakit menahun yang diderita warga lansia, sisanya karena motif ekonomi.

Baca Juga:5 Langkah Menjadi Sahabat bagi Mereka yang Sedang Mengalami Depresi

Terpisah, Relawan dari Inti Mata Jiwa (IMAJI), yang peduli terhadap masalah kesehatan jiwa, Wage Dhaksinarga, mengaku prihatin dengan kondisi ini. Ia mengakui bahwa upaya menekan angka kasus bunuh diri di Gunungkidul masih sulit dilakukan.

"Memang agak sulit menentukan indikator yang jelas untuk penanganannya. Karena penyebabnya multifaktor," jelas Wage, dihubungi pada Kamis.

Tak hanya dari latar belakang penyebab, ia juga menyebutkan, kondisi geografis Gunungkidul yang luas juga menyulitkan penanganan. Sebab, dibutuhkan anggaran yang tak sedikit untuk prosesnya. Pihaknya pun masih mengkaji fenomena bunuh diri yang masih terus berlangsung. Meski demikian, ia mengakui ada tren peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Catatan Redaksi: Hidup sering kali sangat berat dan penuh tekanan, tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecenderungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak