Ia mengatakan, penanganan COVID-19 itu punya kearifan lokal. Tidak bisa berpatokan dengan negara lain.
"Saat ini, shelter di desa itu seolah menjadi yang dipaksakan. Mestinya ini adalah tanggung jawab masing-masing," terangnya.
"Apakah bencana itu dipaksakan? kan tidak. Jadi perlu disadarkan, ayo dirikan shelter-shelter," kata dia.
Terkait SDM yang akan bertugas di selter kalurahan, pemerintah kalurahan bisa berkoordinasi perihal tenaga nakes bersama sejumlah universitas. Mengingat, ada banyak universitas di DIY yang sudah memiliki Fakultas Kedokteran dan medis lainnya.
Baca Juga:Kasus Covid-19 di DIY Mengkhawatirkan, MCCC Desak Pemda Tarik Rem Darurat
"Kalau kita bisa sinkronisasi, maka di selter bisa ada 1 dokter dengan 3 perawat yang bisa memantau. Bukan merawat, tapi bisa memantau bagaimana makannya, dan lainnya. Atau disediakan sendiri dengan gotong-royong," ucapnya.
Gotong-royong diperlukan karena kita adalah satu. Pandemi ini mengancam jiwa manusia, lanjut dia.
"Ayo sama-sama, tidak lempar tanggung jawab, tapi bersama, bukan dikotak-kotakkan," ajak Darwito.
Ia meyakini, dengan guyubnya usaha kuratif dari semua tim, masyarakat tersadarkan, prokes dijalankan, vaksinasi mau, maka semua bisa teratasi.
"Karena kalau sekarang masih ada anggapan miring macem-macem. Kalau masyarakat tidak percaya, tapi kalau sakit ke RS, RS kewalahan," ucapnya.
Baca Juga:RS Wajib Alokasi Bed Pasien Covid-19 Minimal 30 Persen, Dinkes DIY: Belum Semua Menerapkan
Gerakan Sesarengan Jogo Sleman