SuaraJogja.id - Kawasan Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta tetap dibuka selama pelaksanaan PPKM darurat mulai hari ini hingga 20 Juli 2021.
Pantauan SuaraJogja.id di hari pertama pemberlakuan PPKM Darurat suasana di Jalan Malioboro tampak lengang, tidak banyak kendaraan yang melintas. Di pedestrian juga tak banyak wisatawan.
Tidak ada toko atau pedagang kaki lima (PKL) yang buka, kecuali sektor esensial seperti tempat makan atau apotik.
Seorang penjaga parkir, Adi Saryanto mengatakan, pada hari pertama penerapan PPKM darurat membuat para PKL memilih untuk tidak berjualan. Sebab apabila mereka berjualan, biasanya sepeda motor diparkirkan di tempatnya.
Baca Juga:Jalan Malioboro Tak Ditutup Selama PPKM Darurat, Ini Usaha yang Dibolehkan Buka
"Hari ini sama sekali enggak ada PKL yang parkir motor di sini karena tidak jualan. Lapak mereka juga ditinggalkan di sini," kata Adi saat berbincang dengan SuaraJogja.id, Sabtu (3/7/2021).
Selain tidak ada PKL yang parkir motor di tempatnya, ia menyebut dampak PPKM darurat ini ialah turunnya kunjungan wisatawan. Pada akhir pekan seperti ini, dalam satu hari biasanya ada 60 sepeda motor milik wisatawan yang datang.
"Rata-rata dalam sehari ada 60 sepeda motor tapi adanya PPKM darurat jadi sedikit yang parkir. Jumlahnya hanya belasan sepeda motor," terangnya.
Diakuinya, sebagai pelaku usaha di seputar Malioboro dia hanya bisa pasrah. Menurutnya, PPKM darurat terapkan karena pemerintah was-was tidak mampu menampung jumlah pasien Covid-19 yang setiap hari terus bertambah.
"PPKM darurat begini kan karena penambahan kasus. Mungkin Pemkot Jogja khawatir tidak bisa lagi menampung pasien," katanya.
Baca Juga:Suasana Terkini di Kawasan Malioboro Sehari Jelang Pemberlakukan PPKM Darurat
Seorang kusir andong, Bagas menuturkan, PPKM darurat membuatnya tidak mendapat penumpang yang akan berkeliling di Malioboro atau Keraton. Padahal kudanya juga butuh makan.
"Kalau keadaan begini bisa tidak dapat wisatawan. Padahal kudanya juga harus makan terus, untuk makan sehari paling sedikit keluar Rp50 ribu. Makanannya daun kacang tanah sama dedak," ujarnya.
Selama pandemi ini, kata Bagas, dalam satu hari paling tidak dia bisa mendapat satu atau dua kali tarikan. Setiap kali tarikan dikenai tarif berbeda.
"Untuk sekali jalan untuk keliling Keraton bayar Rp150 ribu. Sedangkan kalau hanya di sekitar Malioboro Rp100 ribu per andong," jelasnya.
Dia tidak mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saya tidak cari kerjaan lain. Kalau cari kerjaan lain mungkin cuma pergi ngarit (mencabuti rumput) ke sawah," ujar dia.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sumbu Filosofi Malioboro, Ekwanto menyampaikan, pelaksanaan PPKM Darurat mengharuskan semua PKL yang ada di Malioboro kecuali sektor kuliner wajib tutup. Meski sektor kuliner diizinkan buka namun dengan catatan sangat terbatas yaitu tidak boleh makan di tempat (dine in).
"Orang yang mau beli makan hanya diizinkan take away atau dibawa pulang. Dan maksimal buka sampai pukul 20.00 WIB," kata Ekwanto.
Ekwanto menilai bahwa lebih baik menerapkan PPKM darurat sekarang karena peningkatan kasus Covid-19 semakin tak terkendali. Pasalnya, kebijakan ini adalah aturan dari pemerintah pusat yang harus dilakukan.
"Lebih baik bersakit-sakit dahulu tapi ke belakangnya bisa lebih enak. Kalau tidak ada kebijakan seperti ini bisa jadi penutupannya bisa lebih panjang," katanya.
Ke depannya setiap 3-5 hari sekali akan ada evaluasi terkait PPKM darurat apakah masih sama atau ada penurunan kasus.
"Harapan kami kepada PKL mari ikut aturan ini sehingga pandemi bisa segera berakhir," ucapnya.