Gunung Merapi Kembali Muntahkan Lava Sejauh 1,5 Kilometer ke Arah Barat Daya

Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 13 Juli 2021 | 08:50 WIB
Gunung Merapi Kembali Muntahkan Lava Sejauh 1,5 Kilometer ke Arah Barat Daya
Awan panas guguran Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat (4/6/2021) tadi siang. - (SuaraJogja.id/HO-BPPTKG)

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Meski belum teramati kembali guguran awan panas namun luncuran lava masih terus berlangsung.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan dalam periode pengamatan Selasa (13/7/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB hanya teramati sejumlah guguran lava menuju ke arah barat daya.

"Teramati 3 kali guguran lava pijar ke barat daya dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/7/2021)

Dalam periode pengamatan ini visual gunung terlihat jelas. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah.

Baca Juga:6 Kali Guguran Lava Pijar Teramati dari Merapi, Jarak Terjauh 1,2 Kilometer ke Tenggara

Sejumlah kegempaan juga terpantau terus terjadi dari Gunung Merapi. Mulai dari kegempaan guguran sebanyak 47 kali, hembusan sejumlah 3 kali, hybrid atau fase banyak sejumlah 38 kali dan vulkanik dangkal sebanyak 9 kali.

Sementara jika dibandingkan dengan periode pengamatan sebelumnya atau tepatnya pada Senin (12/7/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB. Masih tidak teramati ada awan panas guguran yang muncul.

Aktivitas Merapi pada periode 24 jam itu juga masih sama dengan guguran lava serta kegempaan yang terjadi. Bedanya guguran lava pada periode sebelumnya tidak hanya menuju ke arah barat daya tapi juga ke tenggara.

"Teramati 7 kali guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 1.700 meter dan 13 kali ke tenggara maksimal 1.200 meter," tuturnya.

Sejumlah kegempaan juga masih terjadi dalam periode tersebut.

Baca Juga:Dalam 6 Jam Merapi 3 Kali Luncurkan Lava Pijar ke Arah Barat Daya dan Tenggara

Masih didominasi kegempaan guguran sejumlah 192 kali, lalu ada hembusan 26 kali, serta hybrid atau fase banyak sejumlah 183 kali dan vulkanik dangkal sejumlah 40 kali. Lalu ada low frekuensi dan tektonik jauh masing-masing 1 kali.

Diketahui sebelumnya BPPTKG telah memperbarui rekomendasi daerah bahaya erupsi Merapi beberapa waktu lalu.

Keputusan itu diambil setelah terjadi luncuran awan panas Merapi sejauh 3 kilometer ke arah tenggara atau ke Kali Gendol pada Jumat (25/6/2021) lalu.

Hanik menjelaskan perubahan rekomendasi daerah bahaya tersebut memang berdasarkan pemodelan aliran awan panas yang ada di Merapi saat ini. Melihat itu baik kubah lava yang berada di sisi barat daya serta kubah lava yang berada di tengah kawah Merapi.

Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.

Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.

Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini