SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat ratusan guguran lava dan sejumlah awan panas dalam sepekan terakhir.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan aktivitas tersebut tercatat tepatnya pada periode 20-26 Agustus 2021. Tercatat dalam minggu ini intensitas kemunculan awan panas kembali menurun secara drastis.
"Pada minggu ini terjadi hanya ada 2 kali awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/8/2021).
Jika pada periode seminggu sebelumnya terjadi hingga puluhan kali awan panas yang mengakibat munculnya hujan abu di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Kali ini tidak ada laporan hujan abu di sejumlah wilayah tersebut.
Baca Juga:Kasus Positif Covid-19 di DIY Bertambah 795 orang, Paling Banyak dari Sleman
Sementara itu untuk guguran lava pada pekan ini tercatat tetap keluar sebanyak ratusan kali. Arah guguran juga hanya mengarah ke barat daya saja.
"Guguran lava teramati sebanyak 211 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," tuturnya.
Hanik menjelaskan teramati adanya perubahan morfologi pada kubah lava barat daya. Dalam pengamatan terbaru itu ketinggian kubah di sektor barat daya itu bertambah sekitar 3 meter.
"Sedangkan kubah tengah relatif tetap. Volume kubah lava barat daya sebesar 1.400.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.831.000 meter kubik," ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Hanik, dari hasil pengambilan foto udara dengan drone yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2021 kemarin. Menunjukkan bahwa secara umum morfologi kedua kubah relatif tetap.
Baca Juga:Bupati Sleman Siapkan Skenario Uji Coba Pembukaan Destinasi Wisata
"Perubahan morfologi terjadi pada bagian atas kubah lava barat daya, tepatnya pada lokasi ekstrusi magma aktif saat ini," terangnya.
Disampaikan Hanik, intensitas kegempaan pada minggu ini juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan minggu lalu.
Mengenai deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS. Teramati pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Diketahui deformasi itu juga semakin menurun sejak beberapa minggu terakhir. Pada pengamatan minggu sebelumnya menunjukkan bahwa laju pemendekan jarak hanya sebesar 1,9 cm per hari.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," imbuhnya.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.
Selain itu masyarakat juga diminta untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.
Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.
Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.