SuaraJogja.id - Suasana Sasana Hinggil Keraton Yogyakarta,Senin (30/8/2021) pagi, nampak berbeda dari biasanya. Sejumlah orang berpakaian khas dari berbagai provinsi duduk berbaris di selasar Sasana yang berada di Alun-Alun Kidul itu.
Tak hanya mereka, terlihat banyak mahasiswa yang ikut mengantri dalam giat vaksinasi Bhineka Tunggal Ika yang diinisiasi oleh Gerakan Kemanusiaan Republik (GKR) Indonesia bersama Pemda DIY.
Berbeda pada vaksinasi yang pernah digelar di sejumlah instansi lain, vaksinasi ini membawa nuansa nusantara dimana sebagian peserta mengenakan pakaian adat dan khas provinsi masing-masing.
Seorang pria lengkap dengan pakaian khas Aceh, Muammar Asnafi (20) ikut mewakili mahasiswa di Jogja dalam vaksin khusus pelajar luar DIY itu. Tidak hanya dia, sejumlah mahasiswa mahasiswi dari berbagai daerah juga datang mengenakan pakaian khas masing-masing saat mengikuti vaksinasi tersebut.
Baca Juga:3400 Buruh DIY Di-PHK dan Dirumahkan Sejak PPKM Digelar Pada Juli, Pariwisata Paling Parah
"Ya kemarin sudah dikoordinir oleh keluarga mahasiswa Aceh jika hari ini kita dapat jatah vaksin. Sebelumnya kami juga sempat mencari vaksinasi di Jogja tapi kuotanya juga selalu habis," ungkap Asnafi ditemui wartawan usai vaksinasi di Sasana Hinggil, Senin.
Mengenakan pakaian khas Aceh Linto Baro, dirinya juga ingin mengenalkan budaya Aceh ke warga Jogja pada kesempatan vaksinasi bertajuk Ke-Bhinekaan itu.
"Ya sesuai arahan keluarga Mahasiswa Aceh, saya dipilih jadi maskot di kegiatan ini. Pakaian Linto Baro ini sudah disediakan oleh kami, jadi tidak perlu mencari," ujar dia.
Asnafi cukup lega sudah mendapat vaksinasi saat ini. Pasalnya, ia dan beberapa temannya dari luar Jogja, mengaku cukup sulit mencari vaksin karena bukan warga Jogja.
"Susah juga ya, mencari di beberapa media sosial itu memang membuka pendaftaran. Tapi saat mengisi data secara daring, sudah penuh," ungkap dia.
Baca Juga:Baru Saja Beroperasi, GKR Bendara Ajak Masyarakat Pariwisata DIY Jajal Kereta Api YIA
Hampir 3 bulan dirinya mencari tempat vaksinasi. Mulai dari JEC, XT Square dan penyelenggara swasta lainnya. Namun, hasilnya nihil.
Hal itu cukup membuat ia kecewa. Awal Agustus lalu, dirinya sudah tak ingin mencari lagi karena putus asa.
"Nah kemarin itu kami diberi kabar jika ada vaksinasi di Sasana Hinggil. Saya yang awalnya hampir putus asa, langsung mendaftar di grup keluarga Mahasiswa. Sekarang sudah bisa dapat," kata mahasiswa semester 5 di UIN Sunan Kalijaga itu.
Tak hanya Asnafi, 50 rekannya yang berasal dari Aceh juga mendapat vaksin dosis pertama. Sekitar 28 hari kemudian, mereka kembali untuk menerima vaksin kedua.
Sulitnya mahasiswa luar DIY mendapat vaksinasi di Jogja sempat dirasakan oleh Ayu Kusuma Asih. Perempuan 20 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur itu hanya menunggu jika memang akan mendapat vaksin di Jogja.
"Awalnya mau pulang dan cari vaksin di Banyuwangi. Tapi kalau melintas ke luar provinsi kan wajib memiliki surat vaksin sedangkan saya belum vaksin. Ya beruntung hari ini sudah dapat," terang Ayu.
Mahasiswi yang juga mengambil kursus perhotelan di Jogja ini merasa sudah jenuh dengan aktivitas belajar online. Ia pun berharap segera ada kejelasan pemerintah membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
"Kami semua berharap juga agar pelajaran di kampus dibuka kembali. Saya pribadi juga sudah bosan belajar secara daring," terang dia.
Terpisah, Ketua Panitia Vaksinasi GKR Indonesia, Widihasto Wasana Putra mengaku pihaknya cukup banyak mendapat keluhan warga luar DIY yang sulit mendapatkan akses vaksin, terutama pelajar mahasiswa. Sehingga pihaknya membuat wadah dan mengajak pengurus asrama berbagai daerah di Jogja untuk mendata jumlah pelajarnya.
"GKR Indonesia memberikan wadah dari keluhan mereka. Sehingga kami berikan vaksin ini ke seluruh mahasiswa terutama dari luar DIY, " ujar Hasto.
Lebih lanjut, ada 2.000 mahasiswa yang mendapat vaksin. Kegiatan itu dilaksanakan selama dua hari berturut-turut.
Dalam kegiatan vaksin tersebut, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas turut hadir meninjau. Menurutnya Keraton Yogyakarta ikut membantu Pemda DIY dalam percepatan penanganan Covid-19.
"Kami (Keraton) juga membantu pemda untuk percepatan vaksin ini, terutama mahasiswa yang belum divaksin ya," katanya.
Tidak hanya 2.000 peserta mahasiswa, kata Hemas jumlah itu dimungkinkan akan bertambah. Pasalnya rencana PTM akan digelar jika pelajar sudah lebih dari 70-80 persen tervaksin.