Sejarah Masjid Jogokariyan: Muncul di Sarang Komunis Kini Jadi Tempat Rekonsiliasi Eks PKI

Kawasan di sekitar Masjid Jogokariyan dulunya merupakan sarang PKI

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Rabu, 29 September 2021 | 13:43 WIB
Sejarah Masjid Jogokariyan: Muncul di Sarang Komunis Kini Jadi Tempat Rekonsiliasi Eks PKI
Bangunan Masjid Jogokariyan. [Rahmat Jiwandono / SuaraJogja.id]

"Mami membuat masjid hadir memberi untuk mereka (orang yang dicap PKI) dengan memberi bantuan berupa makanan, obat, dan mendirikan SD Muhammadiyah Jogokariyan," katanya. 

Lanjutnya, pada 1968 SD Muhammadiyah Jogokariyan didirikan di rumah Haji Jazuri yang saat itu terletak di Jalan Jogokariyan nomor 5. Sekolah itu dipakai oleh anak-anak simpatisan PKI yang sudah tidak punya orang tua akibat penumpasan G30S PKI. 

"Mereka yang orang tuanya dipenjara atau hilang, sekolah di sana dan tidak dikenakan biaya sama sekali," ucapnya. 

Ustaz Jazir termasuk orang yang mengenyam bangku SD di sana. "Saya masih ingat saat itu teman saya satu kelas ada yang 2-3 orang adalah kakak beradik," selorohnya. 

Baca Juga:Tudingan Gatot Soal PKI di Tubuh TNI, Begini Respon Pihak Istana

Di sekolah itu, siswa diajarkan beribadah dan mengaji. Mulai kelas 3 SD setiap zuhur dibawa ke masjid untuk salat berjamaah. 

"Sampai tahun 1973 SD Muhammadiyah Jogokaryan masih menempati lokasi yang sama. Saya termasuk lulusan pertama, kemudian pada 1974, ada tanah di Jalan Jogokaryan No.77 yang diwakafkan oleh salah seorang pengusaha untuk dipindah ke sana," jelasnya. 

Semua yang bersekolah di sana diperlakukan sama. Dengan demikian, masjid punya peranan penting. 

"Sampai sekarang ini ada jemaah kami orang-orang yang dulunya dicap PKI tapi mereka sudah melebur jadi satu," katanya. 

Dia mengklaim tidak ada kendala untuk menghapus stigma miring soal PKI. Menurutnya, proses pendekatannya halus melalui pendidikan maupun sosial. 

Baca Juga:Sering Sebut PKI, Gatot Nurmantyo Ternyata Rajin Melempar Isu Komunis Sejak Tahun 2016

Kawasan Jogokariyan. [Rahmat Jiwandono / SuaraJogja.id]
Kawasan Jogokariyan. [Rahmat Jiwandono / SuaraJogja.id]

"Bukan pakai pendekatan politik, alhamdulillah enggak masalah," ujar pria yang jadi takmir sejak tahun 1999 itu. 

Ditambahkannya, Masjid Jogokariyan bisa menjadi seperti ini, penataan dimulai tahun 1999. Hasil penataan mulai nampak pada 2003. k

"Kami bisa renovasi masjid, bangunan yang lama dibongkar dan membangun yang baru. Pada 2005 kami bisa memperluas tanah masjid yang semula 900 meter, 300 meter dijual tinggal 600 meter. Sekarang sudah diperluas menjadi 1.478 meter persegi," tuturnya. 

Tidak Terlalu Besar

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Baskara T. Wardaya mengatakan, kekerasan politik yang terjadi mulai 1965, banyak yang jadi korban sejatinya tidak mengerti tentang apa yang terjadi di Jakarta pada 1 Oktober 1965. 

"Sampai saat ini pun masyarakat belum tahu apa yang terjadi saat itu. Informasinya masih buram, tergantung mau dilihat dari perspektif mana," tutur Romo Baskara. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak