Singkat cerita, pemilik tanah yakni Ibu Abu Hadis menyetujui usulan tersebut. Sebab, saat itu suaminya sudah mau pensiun dari Dinas Pekerjaan Umum di Temanggung, Jawa Tengah.
"Akhirnya tanah ditukar dan ditambah pihak masjid saat itu membangunkan rumah untuk Ibu Abu Hadis lengkap dengan isinya," jelasnya.
Dia mengatakan, tanggal 22 september 1966 ialah peletakan batu pertama Masjid Jogokariyan. Masjid diresmikan pada 20 agustus 1967.
"Masjid ini diresmikan dan digunakan pertama kali untuk salat jumat. Waktu itu bangunan utamanya hanya masjid 9x9 meter persegi ditambah serambi 5x6 meter persegi," ungkapnya.
Baca Juga:Tudingan Gatot Soal PKI di Tubuh TNI, Begini Respon Pihak Istana
Warga Jogokaryan lainnya yang sudah tinggal berpuluh-puluh tahun silam, Setiyadi (76) menyampaikan, dahulu masyarakat masih berafiliasi dengan PKI. Banyak warga yang ditangkap karena dinilai terlibat dalam partai ataupun organisasi underbow-nya. Seperti Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) serta Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
Ia sendiri aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kala masih duduk di bangku SMA.
Saat penangkapan, katanya, ia hanya melihat mereka dibawa pergi oleh aparat. Ia tidak tahu mereka dibawa kemana.
"Mungkin ada yang dibawa ke Nusakambangan, Cilacap atau kemana. Saya tidak tahu persis," kata dia yang berbaring di kasur usai mengalami kecelakaan lalu lintas.
Jadi Tempat Rekonsiliasi
Baca Juga:Sering Sebut PKI, Gatot Nurmantyo Ternyata Rajin Melempar Isu Komunis Sejak Tahun 2016
Menurutnya, butuh waktu yang cukup panjang untuk menghapus stigma terhadap orang yang dicap sebagai PKI. Langkah yang dilakukan yakni masjid hadir sebagai rekonsiliasi.