Suara Senyap Orang-orang yang Hidup dengan Stempel PKI Bagian 1

Leo merupakan satu dari sekian ribu saksi sejarah ketika peristiwa kelam G30S mengguncang Indonesia di tahun 1965

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 30 September 2021 | 16:25 WIB
Suara Senyap Orang-orang yang Hidup dengan Stempel PKI Bagian 1
Leo Mulyono, penyintas tragedi G30S. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Ada salah satu rekannya dari Rembang yang ternyata benar bebas. Dibuktikan dengan teriakan dari luar pagar kawat yang terdengar oleh Leo dari dalam penjara.

"Tapi aku tidak bebas. Dipanggil untuk naik truk lagi dikawal CPM (polisi militer) yang kemarin sempat ditahan juga. Dia bilang kalau kita akan dibawa ke Nusakambangan lagi, terus mungkin ke Pulau Buru," terangnya.

Benar saja, pada medio 1969-1970 itu Leo dan rekan-rekannya kembali dipindahkan. Selepas dari Ambarawa, mereka dibawa kembali ke Nusakambangan. 

Berbeda dengan kesan pertama saat tiba di Nusakambangan, kali ini Leo sudah lebih kuat secara mental. Ia tidak lagi menangis ketika tiba di sana. 

Baca Juga:Berdiri Tugu Palu Arit di Palembang, Puluhan Kantor Serikat Buruh

Walaupun tetap saja kecewa dengan janji polisi di Ngupasan dulu yang bilang akan dibebaskan setelah kondisi Jogja aman. Tapi ternyata tidak secepat itu.

Leo Mulyono, penyintas tragedi G30S. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Leo Mulyono, penyintas tragedi G30S. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

"Jadi polisi bener-bener ngapusi (membohongi) aku. Jarene nek Jogja aman diolehke mulih (katanya kalau Jogja sudah aman akan dibiarkan pulang). Aku nunggu sedino (sehari), seminggu, sesasi (sebulan), sampai 14 tahun ternyata itu saja kalau tidak ada tuntutan palang merah kemanusiaan dunia mungkin masih bisa dipenjara," ungkapnya

Tak lama etelah kembali ke Nusakambangan untuk kedua kalinya, Leo dan rombongan kemudian dipindah lagi. Dimasukkan dalam unit 4 Savanajaya, Leo tergabung dengan sejumlah lulusan SMA dan sarjana. Mahasiswa dari seluruh Indonesia lengkap.

Bukan lagi menggunakan kereta api, kali ini Leo sudah dijemput menggunakan kapal laut Tobelo. Teringat lagi kata polisi militer di Ambarawa waktu itu, kemungkinan besar memang rombongan akan menuju ke Pulau Buru.

Di dalam perjalanannya Leo dan rekan-rekannya diberikan hiburan berupa lantunan lagu-lagu dangdut. Walaupun tidak banyak dan hanya diulang-ulang tetapi setidaknya kala itu lagu tersebut menjadi hiburan tersendiri.

Baca Juga:Kumpulan 30 Link Download Twibbon Peringatan G30S PKI

"Perjalanan itu 5 hari 6 malam itu. Berangkat malam dari Nusakambangan. Lagunya dangdut long play. Lagunya sama itu terus Elvy Sukaesih. Goyang dewe wong kapale udah goyang," kata Leo sambil terkekeh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak