Profil Cut Nyak Dien dan Perjuangan Melawan Belanda di Aceh

Kegigihan pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh ini tak bisa diragukan lagi. Berikut profil dan perjuangan Cut Nyak Dien.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 02 November 2021 | 11:20 WIB
Profil Cut Nyak Dien dan Perjuangan Melawan Belanda di Aceh
Cut Nyak Dien (ist)

SuaraJogja.id - Kaum perempuan bukanlah makhluk yang lemah, ia bisa melakukan hal yang luar biasa. Terbukti ada beberapa pejuang yang ikut melawan penjajah di medan perang. Salah satunya Cut Nyak Dien. Berikut profil Cut Nyak Dien, pahlawan asal Aceh.

Kegigihan pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh ini tak bisa diragukan lagi. Berikut profil dan perjuangan Cut Nyak Dien.

Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Kesultanan Aceh pada 1848. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang kuat oleh ayahnya Teuku Nanta Seutia, seorang Uleebalang IV Mukmin.

Keturunan dari Datuk Makhudum Sati, Laksamana Nantan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman Iskandar Muda. Sedangkan ibunya bernama Putri Uleebalang Lampageu.

Baca Juga:TNI Polri Diserang Kelompok Bersenjata, Ini Kata Eks Panglima GAM

Sebagai seorang putri bangsawan, Cut Nyak Dien mendapatkan pendidikan agama dari orang tua langsung dan guru. Selain itu kecantikan Cut Nyak Dien membuat siapapun laki-laki ingin melamarnya. Pada usia 12 tahun Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, Putra Uleebalang Lamnga XII pada tahun 1862.

Juru pelihara membersihkan salah satu sudut ruangan bekas rumah tinggal Cut Nyak Dien di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (15/6/2020).  [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi]
Juru pelihara membersihkan salah satu sudut ruangan bekas rumah tinggal Cut Nyak Dien di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (15/6/2020). [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi]

Perang Aceh pertama kali terjadi pada tahun 1873-1874. Dimulai dari kedatangan Belanda pada 8 apirl 1873 di pantai Ceureuneb atas pimpinan Jenderal Kohler. Setibanya di Aceh Belanda langsung menyerang masjid raya Baiturrahman dan membakarnya. Perlawanan Belanda pertama dapat diredam Aceh di bawah pimpinan Panglima Polim dan Mahcmud Syah yang dilaksanakan Ibrahim Lamnga sebagai barisan pertama.

Selanjutnya 1874-1880 Belanda berhasil mengambil alih keraton Sultan, di daerah mukim VI di bawah pimpinan Jenderal Jan Van Swieten. Cut Nyak Dien menunggu Ibrahim Lamnga yang lanjut berperang di daerah Mukim VI hingga 24 desember 1875. Setelah itu Ibrahim Lamnga berperang kembali di Gle Tarum dan tewas pada 29 juni 1878. Sontak membuat Cut Nyak Dien marah besar dan berikrar akan menghancurkan Belanda.

Ditahun 1880 Cut Nyak Dien dilamar oleh Teuku Umar, awalnya ia tak mau. Setelah dibujuk boleh ikut berperang ia mau dinikahi hingga memiliki anak Cut Gamblang. Teuku Umar melakukan siasat melawan Belanda dengan berpura-pura mendekati dengan maksud mempelajari tak-tik Belanda.

Ia menyerahkan diri bersama 250 pasukan, namun tindakan Teuku Umar pada 30 september 1893 dinilai menghianati Aceh hingga Cut Meutia mempertanyakan tindakan tersebut.

Baca Juga:Teuku Ryan Digosipin Rela Tinggalkan Kerja di Aceh Demi Ria Ricis, Begini Kata Keluarga

Seorang juru pelihara membersihkan salah satu sudut ruangan bekas rumah tinggal Cut Nyak Dien di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (15/6/2020).  [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi]
Seorang juru pelihara membersihkan salah satu sudut ruangan bekas rumah tinggal Cut Nyak Dien di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (15/6/2020). [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi]

Hingga waktu yang tepat Teuku Umar dan Cut Nyak Dien melarikan diri beserta senjata Belanda. Merasa ditipu Belanda marah besar dan mencari Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Penghianatan ini disebut Het Verrad Teukeo omar (Penghianatan Teuku Umar).

Belanda mengalami kekacauan hingga mengganti beberapa Jenderalnya. Dari Jakobus Ludovicius Hubertus Vel hingga Jenderal Johannes Benedictus Van Heuzt. Kelompok Marecaussee datang ke Aceh membuka jalan Belanda sedikit lebar untuk menguasai Aceh. Setelah kelompok tersebut dibubarkan, Jenderal Jhon memanfaatkan ketakutan warga Aceh, untuk mencari informasi.

Ia mengetahui rencana Teuku Umar yang akan menyerang Meulaboh pada 11 februari 1899. Sebelum hal itu terjadi Belanda membunuh Teuku Umar, Cut Gamblang yang tau ayahnya meninggal menangis histeris.

Cut Nyak Dien menegarkan anaknya dengan tamparan dan mengatakan "Sebagai perempuan Aceh, Kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang Syahid".

Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan suaminya dengan menggunakan pasukan kecilnya kepedalaman Aceh. Kondisi fisik Cut Nyak Dien yang semakin menurun mangakibatkan kekalahan pada 1901. Pang Laot anak buah Cut Nyak Dien memberitahukan keberadaan markas pada Belanda, mereka semua terkejut melihat Belanda datang tiba-tiba dan menangkap Cut Nyak Dien.

Putrinya Cut Gamblang berhasil melarikan diri kepedalaman Aceh. Setelah penangkapan Cut Nyak Dien dibawa ke Aceh dan diobati penyakitnya hingga sembuh. Namun setelah itu ia dibuang di Sumedang, sebab Belanda. Takut ia menciptakan semangat Aceh untuk melawan Belanda.

Cut Nyak Dien diasingkan bersama tahanan politik Aceh. Hingga ulama Ilyas menyadari Cut Nyak Dien adalah seorang ahli agama, ia dijuluki Ibu Perbu. Cut Nyak Dien tutup usia pada 6 November 1908 sebab sudah tua.

Namun makam baru ditemukan pada 1959 atas perintah Gubernur Aceh Ali Hasan. Cut Nyak Dien ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 2 Mei 1964 melalui SK. Presiden RI No. 106 tahun 1964.

Itulah kisah perjuangan seorang Cut Nyak Dien. Seorang pahlawan wanita Indonesia yang berasal dari Aceh.

Kontributor : Cahya Hanifah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak