Peneliti Jepang Bingung Kasus Covid-19 Tetiba Anjlok, Siti Fadilah Duga Itu Ulah Teroris

Peneliti Jepang menduga kasus Covid-19 di negaranya turun tajam karena virus bermutasi sampai punah

Galih Priatmojo
Jum'at, 26 November 2021 | 11:21 WIB
Peneliti Jepang Bingung Kasus Covid-19 Tetiba Anjlok, Siti Fadilah Duga Itu Ulah Teroris
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

SuaraJogja.id - Sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan, Jepang kini mengalami situasi titik balik. Dalam waktu dua bulan kasus Covid-19 di negeri Sakura mengalami penurunan drastis.

Dikutip dari BBC Indonesia, dalam waktu dua bulan dari puncak gelombang itu, kasus rata-rata saat ini di bawah 100 per hari.

Para ilmuwan mengetahui bahwa kenaikan tajam kasus Covid-19 karena varian Delta, namun mereka masih belum paham mengapa kasus turun tajam sementara negara-negara lain masih terus berjuang menghadapi kenaikan kasus.

Para peneliti dari Institut Genetika Jepang, mengatakan varian Delta kemungkinan bermutasi sendiri sampai menjadi punah di Jepang.

Baca Juga:Hits Health: Vaksin Covid-19 Hanya Manjur 40 Persen, Healing dengan Menghancurkan Barang

Menurut Ituro Inoue dan koleganya dari Institut Genetika kepada Japan Times, virus itu bermutasi sedemikian rupa sehingga terjadi kesalahan dalam genetika sampai tidak lagi berreplikasi.

"Kami benar-benar terkejut dengan temuan ini," kata Inoue.

Ada beberapa hipotesa di balik anjloknya kasus di tengah penyebaran varian Delta ini.

Lebih dari 75% penduduk telah divaksin di Jepang sementara protokol kesehatan seperti jaga jarak dan penggunaan masker diikuti secara tertib oleh masyarakat, menurut laporan media setempat.

Namun negara-negara lain yang melakukan protokol yang sama tetap mencatat kenaikan kasus Covid. Di Spanyol, misalnya, 80% penduduk telah mendapat vaksinasi penuh dan masker juga tetap dipakai di tempat-tempat tertutup. Namun Spanyol mencatat sekitar 7.000 kasus per hari.

Baca Juga:Update Covid-19 Global: Setelah Beta, Ilmuwan Afrika Selatan Kembali Temukan Varian Baru

Perbandingan inilah yang membuat para ilmuwan Jepang menyimpulkan bahwa varian Delta "bermutasi sampai punah".

"Varian Delta sangat menular di Jepang dibandingkan dengan varian lain. Namun di tengah akumulasi ini, kami yakin varian ini tak bisa lagi bermutasi," kata Ituro Inoue.

"Dengan melihat bahwa kasus tak lagi naik, kami percaya pada proses mutasi ini, virus itu langsung mengarah ke punah dengan sendirinya," tambahnya.

Teori Inoue ini memberikan sedikit gambaran mengapa varian Delta di Jepang tiba-tiba hilang.

Pertimbangan ini juga dilihat berdasarkan apa yang terjadi di negara-negara Barat dengan tingkat vaksinasi cukup tinggi, namun harus menerapkan karantina.

Namun kasus di Jepang ini unik karena kasus Covid benar-benar anjlok walaupun transportasi umum seperti kereta dan restoran penuh sejak kondisi darurat berakhir Oktober lalu.

Walaupun ada penurunan tajam kasus Covid-19 di Jepang, para ilmuwan tetap berhati-hati dan menghindar membuat diagnosa apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Pandemi virus corona secara konstan berevolusi dan menunjukkan bahwa walaupun program vaksinasi dan protokol kesehatan diterapkan, dunia masih belum aman dari pandemi baru ini.

Covid-19 ulah teroris

Pada kesempatan lain, situasi bingung juga dirasakan mantan Menkes Siti Fadilah Supari terkait cepatnya kasus Covid-19 turun hingga menghilang. Saat diwawancarai tokoh jurnalisme Karni Ilyas di saluran Youtubenya Siti menyebut bahwa covid diduga adalah by terorisme.

Siti mengurai pada waktu WHO memberikan statemen pada 13 Maret telah muncul corona di Wuhan. Dia lantas menyebut bahwa syarat-syarat pandemi sebetulnya belum terpenuhi.

Untuk memenuhi syarat pandemi, kata dia, WHO harus bisa membuktikan bahwa apakah ada awal mula infeksi berawal dari binatang, hingga kemudian terjadi mutasi dari binatang ke manusia, kemudian manusia ke manusia, lalu antarbangsa, dan menjadi pandemi.

"Ternyata sampai akhir ini, itu belum diketahui. Kenapa saya katakan itu, karena Amerika dan RRC masih tuduh-tuduhan. Amerika menuduh China dari lab mu, begitu juga dengan sebaliknya," kata Siti.

Karena tuduh-tuduhan itulah, kemudian menjadi terbukti bahwa penyebaran dari hewan ke manusia belum mutlak. Karena kedua belah pihak masih saling menyalahkan. Itu juga menunjukkan dan membuktikan bahwa belum diketahui dari mana asal covid.

"Padahal itu syarat utama dari pandemi. Dan kalau saya lihat, cara penularannya tidak seperti pandemi yang seharusnya. Jadi saya meragukan ini pandemi," terangnya.

Lalu kalau bukan pandemi, dari mana covid-19 berasal. Siti Fadilah lalu menduga ini kerjaan terorisme. Walau perlu melakukan pengkajian mendalam, dia meminta agar Badan Intelijen Negara (BIN) ikut bergerak, dan juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ikut bersikap.

"Bisa diduga, covid-19 itu satu by terorisme. Ya semua memerlukan satu pengkajian mendalam. Dan itu bukan tugas saya. Harusnya pemerintah kan mempunyai BIN, Menhan, mereka harus duduk bersama untuk mengkaji bersama," katanya.

Soal mengapa kini covid-19 tiba-tiba hilang, Siti Fadilah meragukan itu karena efek vaksin. Sebab Eropa saja yang tingkat vaksinasinya sudah mencapai 80-90 persen, masih kena covid-19 dengan gelombang ketiga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini