Sebelum ada organisasi ini, tenis meja di Indonesia lebih sering dimainkan para warga Belanda di sebuah balai pertemuan. Hanya pribumi tertentu saja yang kemudian mengetahui dan ikut bermain tenis meja.
Meski sudah banyak negara membuat organisasi tenis meja, namun ajang ini baru diperkenalkan di Olimpiade pada 1988. Seperti bulu tangkis maupun tenis lapangan, kelas yang dipertandingkan terdiri dari tunggal putra dan putri serta ganda putra dan putri.
Perkembangan Tenis Meja di Indonesia
Setelah PTMSI eksis, terutama menjadi member TTFA dan ITTF, tenis meja di Indonesia berkembang pesat. PTMSI mulai membina dan melatih secara intensif para atlet karena Indonesia sering mendapat undangan untuk tampil di sederet kejuaraan internasional.
Baca Juga:Bisnis Agen Perjalanan di Inggris Dihantam Varian Omicron
Olahraga ini juga mulai masuk sebagai bagian dari aktivitas tambahan para pelajar di Indonesia. Tenis meja dimainkan dari mulai sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Sirkuit Laga Tenis Meja Utama (Silatama) kemudian digelar rutin mulai tahun 1983, setiap tiga bulan sekali. Ada pula kejuaraan Silaturna yang digelar rutin dari tahun 1986, setiap enam bulan sekali.
Atlet Tenis Meja di Indonesia
Abdul Rojak menjadi salah satu atlet profesional asal Indonesia yang rutin mengikuti kejuaraan internasional. Atlet asal Jawa Barat ini sudah sering ke luar negeri sejak tahun 1973.
Medali emas sukses didapat Abdul Rojak pada ajang SEA Games tahun 1985. Kala itu, emas didapat dari nomor ganda, berpasangan dengan atlet Indonesia berbakat lainnya, Sugeng Utomo. Sugeng Utomo pernah masuk peringkat 10 besar dunia pada tahun 1969.
Baca Juga:Kalah Lagi, Mikel Arteta Mulai Geram dengan Pemain Muda Arsenal
Generasi selanjutnya ada Anton Suseno. Dia pernah mengikuti liga tenis meja di Swedia. Lalu, dua emas sukses didapat di SEA Games 1991. Dia kemudian rutin menjadi jagoan Indonesia hingga tahun 2000.