Berdasarkan analisis tim Discovery, dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin, dua dosis vaksin Pfizer/BioNTech memberikan 70 persen perlindungan terhadap kemungkinan penerimanya masuk ke rumah sakit akibat COVID-19.
Penelitian itu juga menemukan bahwa vaksin tersebut masih memberikan 33 persen perlindungan terhadap infeksi.
Angka itu anjlok dari 80 persen perlindungan terhadap infeksi dan 90 persen perlindungan terhadap rawat inap ketika Afsel dilanda wabah varian Delta.
Delta saat ini masih menjadi varian dominan di dunia dan dianggap paling menular selama pandemi.
Baca Juga:Dua Dosis Vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer Kurang Efektif Melawan Varian Omicron
Discovery menegaskan bahwa hasil penelitiannya itu harus dianggap sebagai temuan awal.
Namun demikian, presiden SAMRC Glenda Gray mengatakan temuan bahwa vaksin memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah dan rawat inap menjadi penting saat varian baru menyebar dengan cepat.
"Kami sangat terdorong dengan temuan ini," kata dia dalam pernyataan.
Analisis menunjukkan perlindungan terhadap kemungkinan rawat inap terjaga di semua kelompok usia –dari 18 hingga 79 tahun– dan level yang lebih rendah ada di kelompok usia yang lebih tua.
Perlindungan tersebut juga konsisten di kalangan pasien berpenyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan gangguan jantung.
Baca Juga:Indonesia Terima Vaksin Pfizer yang ke-157 Sebanyak 3.526.095 Dosis
Afsel menggunakan vaksin Pfizer/BioNTech dan Johnson & Johnson dalam program vaksinasi COVID-19 dan sejauh ini telah menyuntikkan lebih dari 20 juta dosis vaksin Pfizer.