SuaraJogja.id - Kebaikan selalu menular. Bahkan mampu mengubah nasib orang dari miskin dan tak punya apa-apa menjadi milyader dengan penghasilan ratusan hingga miliaran rupiah.
Kebaikan inilah ditunjukkan orang yang bernama Bu Sri atau Bu Tri yang tak sengaja membantu Sutardi atau Suta Mahesa saat dia ini terpuruk secara ekonomi dan terpaksa tinggal beberapa saat di satu mushola yang berada di SPBU Jalan Magelang, Yogyakarta pada 2015 silam.
Suta terpaksa tinggal di mushola tersebut bersama istrinya, Farah Milayati Dias Irawan usai melarikan diri dari Jakarta karena dipecat dari pekerjaan di bidang pemasaran dan perhotelan dan tak punya tempat tinggal. Uang di kantong pun tinggal Rp 480 ribu yang tak cukup untuk menyewa rumah atau sekedar kamar kos kecil.
Namun mushola tersebut justru jadi saksi perubahan nasib Suta jadi pengusaha retail fashion terkemuka di Jogja, Farah Button. Bu Sri atau Bu Tri yang merupakan kustomer langganan Suta tiba-tiba datang dan meminjaminya uang Rp 15 juta. Padahal sebelumnya Suta sempat berpikir mencuri uang dari kotak di SPBU saking putus asanya tak punya uang.
Baca Juga:Titik Nol Kilometer Padat saat Akhir Pekan, Pemkot Jogja Bakal Tutup Menjelang Tahun Baru
"Saya lupa nama aslinya bu sri atau bu tri. Tapi saya tidak akan pernah lupa kebaikannya tiba-tiba menelpon saya dan datang jauh-jauh ke jogja, menemui saya dan istri di SPBU dan meminjamkan uang Rp 15 juta setelah melihat baju kami di mushola. Saya sempat menolak tiga kali tapi ibu memaksa," ungkap Suta saat ditemui di Yogyakarta, Senin (27/12/2021).
Uang ini yang akhirnya bisa jadi modal usah Suta untuk jualan baju sisa ekspor saat masuk ke pembukaan salah satu mall di Sleman. Melihat ada satu boot pameran yang kosong karena tidak diminati, Suta dan istrinya akhirnya menyewa boot dan berjualan selama sebulan.
Tak dinyana, boot sederhana mereka justru laris manis dipenuhi pembeli. Akhirnya Suta memberanikan diri membuat brand sendiri Farah Button yang diambil dari nama istrinya. Membuka toko pertama di Kledokan, bisnisnya semakin moncer dan akhirnya membuk gerai di tujuh mall di DIY dan Bekasi.
Mempekerjaan lebih dari 300 penjahit lokal asal DIY dan sekitarnya, Suta berhasil menjual 10 ribu pakaian setiap bulannya. Omzetnya tak main-main, sebulan dia bisa menghasilkan Rp 600 juta hingga Rp 1 miliar lebih.
Setelah mendapatkan kesuksesan yang luar biasa, Suta dan istrinya mencari Bu Tri atau Bu Sri untuk mengucapkan terima kasih. Setiap hari mereka melihat sosial media (sosmed) untuk memastikan keberdaan wanita berusia 40-an tahun tersebut.
Baca Juga:Harga LPG Non Subsidi Resmi Naik, Segini Harganya di Kota Jogja
Suta yang sempat memiliki nomor telepon Bu Sri atau Bu Tri akhirnya kehilangan nomor saat dia kehilangan ponselnya. Alhasil sejak 2015 saat pertama dan terakhir mereka bertemu, Suta tak bisa mengucapkan terimakasih atas hutang budinya pada wanita itu.
Sebab kebaikannya dan beberapa orang di Jogja membuatnya bangkit dari keterpurukan. Padahal Suta yang mengalami disleksia sejak Sekolah Dasar (SD) seringkali tak dianggap pintar.
Namun saat dia melarikan diri ke DIY, dia bertemu banyak orang baik yang menolongnya. Hal inilah yang membuat Suta dan keluarganya memilih tinggal dan menetap di kota ini.
"Banyak orang baik di kota ini yang membantu saya bangkit saat berada di titik nol dan akhirnya berada di posisi sekarang ini. Saya ingin sekali bertemu bu sri atau bu tri yang meminjami kami uang dan bersujud di kakinya. Saya scrol sosmed setiap hari memastikanw wajah bu sri atau bu tri, tapi tetap tidak ketemu. Saya berharap bila beliau tahu keberadaan saya, bisa mencari saya di toko-toko farah button untuk bertemu," tandasnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi