Sang ibu, Priyati, mengungkapkan, anak sulungnya tersebut tak pernah merisaukan dan menanyakan realisasi janji Yusuf Mansur untuk berangkat umrah. Bahkan ketika Priyati berkomentar negatif terkait janji umrah tersebut, Rahmat langsung menyangkalnya.
"Sudah to Bu. Umrah itu panggilan Allah. Kalau kita sudah dipanggil pasti kita akan ke sana. Kalau sekarang belum, berarti Allah belum memilih kita,"ujar dia.
Korban Bully Waktu Kecil
Rahmat sejak kecil memang bercita-cita ingin menjadi ustaz. Oleh karenanya, sejak umur 7 tahun bocah ini belajar menghafal Al-Qur'an.
Baca Juga:Ustaz Yusuf Mansur Ancam Polisikan Sejumlah Orang karena Dituding Penipu
Bukan di pondok pesantren, Rahmat ditempa menghafal Al-Qur'an di sebuah Taman Pendidikan Al-Qur'an yang dikelola oleh adik dari neneknya, Mbah Budi Santosa. Melalui metode mendengarkan, Rahmat mampu menghafal ayat-ayat Suci Al-Qur'an.
"Alhamdulilalah, kini saya hafal juz 1 sampai 23 dan juz 29 serta 30. Jadi total 25 juzz," papar dia.
Ia menjadi hafiz memang bukan suatu kebetulan. Sejak lahir, Rahmat memang ditakdirkan tidak bisa melihat. Sampai umur 7 tahun ia sama sekali tidak mengenyam bangku pendidikan khusus bagi orang-orang yang senasib dengan dirinya.
Dua tahun Rahmat belajar di Taman Kanak-kanak Umum dan berhasil lulus. Ia kemudian meneruskan pendidikan di SD tak jauh dari rumahnya. Namun baru seminggu masuk pembelajaran, Rahmat kecil mogok belajar. Ia tidak mau meneruskan sekolah di SD tersebut karena dirundung teman-temannya.
"Saya mutung (putus asa) ndak mau sekolah gara-gara di-bully teman-teman karena tidak bisa melihat," tutur Rahmat.
Baca Juga:419 Jemaah Umrah Berangkat di Tengah Omicron, Menko Luhut Bicara Faktor Keamanan
Keluarganya pun mengaku prihatin dengan nasib Rahmat. Mereka nyaris putus asa akan memperlakukan Rahmat seperti apa agar memiliki kegiatan. Karena bingung itulah, adik dari neneknya mulai mendidik Rahmat untuk menghafal Al-Qur'an.