SuaraJogja.id - Pemeringkatan perguruan tinggi Indonesia versi Webometrics yang dirilis untuk tahun 2022 menunjukkan bahwa Universitas Gadjah Mada (UGM) menempati posisi kedua.
Direktur Sistem dan Sumber Daya Informasi (DSSDI) UGM Widyawan menyebutkan bahwa pada tahun sebelumnya UGM menempati peringkat pertama. Penurunan peringkat yang terjadi pada tahun ini, menurut Widyawan, salah satunya disebabkan oleh perubahan pada kriteria penilaian.
“Tadinya ada empat kriteria, sekarang menjadi tiga. Kriteria yang tidak dilanjutkan, yaitu presence, itu adalah salah satu kekuatan UGM,” terangnya dalam rilis UGM yang dikutip pada Jumat (11/2/2022).
Kriteria presence atau public knowledge shared, terangnya, diukur dari banyaknya file digital di laman UGM. Sementara itu, indikator yang digunakan untuk pemeringkatan kali ini meliputi impact atau visibility, openness atau trasnparency, serta excellence.
Baca Juga:Minta Semangat Kolektif Pers, Pakar UGM Ajak Bersatu Hadapi Rezim Algoritma Medsos
Salah satu aspek yang menurutnya masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan peringkat UGM adalah pada indikator excellence yang pada tahun ini memiliki bobot penilaian sebesar 40%.
Hasil pemeringkatan ini memberikan tantangan bagi UGM untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi menjadi lebih baik lagi agar website UGM bisa menjadi jendela informasi bagi masyarakat
Widyawan menerangkan, visibility dinilai dari jumlah referensi dari jaringan luar (subnet) ke laman UGM, sedangkan openness mengukur jumlah sitasi ke 210 top author atau dosen.
“Excellence dinilai berdasar jumlah artikel publikasi ilmiah karya sivitas akademika UGM yang terdapat pada top 10% yang paling banyak disitasi pada 27 disiplin,” paparnya.
Webometrics Ranking of World Universities sendiri merupakan pemeringkatan yang diinisiasi oleh Cybermetrics Lab, sebuah kelompok riset yang menjadi bagian dari Consejo Superior de Investigaciones Científicas (CSIC), badan riset publik terbesar di Spanyol.
Dilakukan sejak tahun 2004, pemeringkatan ini bertujuan untuk mempromosikan open access terhadap pengetahuan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Pada tahun ini, terdapat sekitar 31 ribu perguruan tinggi di lebih dari 200 negara yang masuk dalam daftar pemeringkatan.