Bukti Cinta Kasih Ahmadiyah pada Kemanusiaan: Klinik Asih Sasama Saksi Toleransi di Ngloro

"Selama semua berjalan sesuai koridor, kami pastikan kenyamanan seluruh warga di Ngloro tetap terjaga meski dengan perbedaan keyakinan."

Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 16 Februari 2022 | 07:35 WIB
Bukti Cinta Kasih Ahmadiyah pada Kemanusiaan: Klinik Asih Sasama Saksi Toleransi di Ngloro
Suasana Klinik Asih Sasama, dari lembaga non profit Humanity First, sayap organisasi Ahmadiyah yang bergerak di bidang kemanusiaan internasional, di Kelurahan Ngloro, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, (26/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Cerita Pegawai Muhammadiyah di Klinik Asih Sasama

Suasana Klinik Asih Sasama, dari lembaga non profit Humanity First, sayap organisasi Ahmadiyah yang bergerak di bidang kemanusiaan internasional, di Kelurahan Ngloro, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul,  (26/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Suasana Klinik Asih Sasama, dari lembaga non profit Humanity First, sayap organisasi Ahmadiyah yang bergerak di bidang kemanusiaan internasional, di Kelurahan Ngloro, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, (26/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Klinik Asih Sasama di Kalurahan Ngloro diisi oleh tenaga medis dari berbagai latar belakang. Ada satu pegawai pria asal Bantul yang merupakan seorang perawat di klinik itu. Ia tak pernah gelisah meski berada di lingkungan yang berbeda.

Edy Muryanto, pria 28 tahun tersebut, awalnya tak mengetahui jika fasyankes tersebut merupakan sayap kanan Ahmadiyah. Satu tahun bekerja di klinik itu, tidak ada diskriminasi yang dia alami.

"Januari 2021 saya sudah bergabung di sini. Jadi ada pemberitahuan dari bapak kalau di klinik ini sedang membutuhkan tenaga medis dan saya mengirim lamaran. Awalnya bekerja di sini saya tidak tahu [klinik dari Ahmadiyah], tapi lama-lama akhirnya tahu, jadi saya tidak melihat latar belakang tempat saya bekerja, tapi saya ke sini sebagai tenaga profesional saja," kata Edy, ditemui di klinik setempat, Rabu (26/1/2022).

Baca Juga:Masjid Jemaah Ahmadiyah Dibongkar dan Kalimat Syahadatnya Dicopot, Guntur Romli Murka

Ayah satu anak yang sebelumnya bekerja di Wisma ODGJ, Panti Hafara, Bantul tersebut mengaku tahu bagaimana keyakinan Ahmadiyah, yang mempercayai masih ada nabi selanjutnya setelah Muhammad SAW. Baginya, sebelum dan sesudah dirinya bergabung di klinik setempat, tidak ada masalah yang timbul dari perbedaan keyakinan.

"Apa yang diberitakan di luar sana tidak seperti yang dibayangkan ya. Saya nyaman di sini, bekerja pun juga tidak ada sekat-sekat. Semuanya berjalan dengan baik dan tidak ada perbedaan Anda Ahmadiyah atau Muhammadiyah," kata Edy, yang sejak lahir tumbuh di lingkungan Muhammadiyah.

Tidak ada kegundahan yang mengganggu keyakinan Edy selama satu tahun bertugas di Klinik Asih Sasama. Ajakan untuk memahami ajaran Ahmadiyah juga tak sekali pun ia dapatkan. Semua civitas klinik bekerja untuk satu tujuan—memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat Ngloro dan sekitarnya.

Bahkan, lanjut Edy, klinik ini sudah menjadi keluarga baru dalam bagian hidupnya. Meski dengan latar belakang yang berbeda terkait keyakinan, Edy menaruh hormat terhadap rekan lain yang saling menjaga perbedaan.

Klinik Asih Sasama Dibangun untuk Masyarakat

Baca Juga:Kemenag Minta Masjid Ahmadiyah Difungsikan sebagai Tempat Ibadah Seluruh Umat Islam

Klinik Asih Sasama dibangun oleh panggilan hati seorang dokter asal Jakarta bernama Gianne Panji Putri. Ibu dua anak ini sudah bercita-cita mendedikasikan diri untuk masyarakat di bidang kesehatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak