Elektabilitas Prabowo Subianto Teratas di Survei Litbang Kompas, Pakar UGM Tak Kaget

Litbang Kompas merilis hasil survei terbarunya terkait Kepemimpinan Nasional sebagai calon presiden di Pilpres 2024.

Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 24 Februari 2022 | 10:54 WIB
Elektabilitas Prabowo Subianto Teratas di Survei Litbang Kompas, Pakar UGM Tak Kaget
Prabowo Subianto. [Instagram/Prabowo]

SuaraJogja.id - Nama Prabowo Subianto bercokol di posisi paling atas dalam suvei terbaru elektablitas sebagai calon presiden di 2024 mendatang. Survei yang dilakukan Litbang Kompas itu juga mencatat ada Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di posisi kedua dan ketiga.

Menanggapi hal tersebut pengamat politik UGM Wawan Masudi mengaku tidak terkejut dengan hasil survei tersebut.

"Hasil surveinya cukup menarik ya tapi bagi saya tidak begitu mengejutkan juga," kata Wawan saat dihubungi awak media, Kamis (24/2/2022).

Terkhusus untuk merangseknya elektabilitas Prabowo Subianto ke urutan teratas, kata Wawan memang tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya sosok politisi partai Gerindra itu dalam setiap survei yang dilakukan selalu berada setidaknya di posisi tiga besar.

Baca Juga:Hasil Survei: Elektabilitas Ganjar Pranowo Menempel Ketat Prabowo Subianto

"Jadi tiga terbesar tokoh yang dikenal dan menjadi preferensi masyarakat kan memang selalu tiga ini ya Pak Prabowo kemudian Ganjar dan Anies. Kan tiga ini selalu kayak gitu (masuk tiga besar)," ungkapnya.

Wawan menilai faktor kenaikan elektabilitas Prabowo itu sebenarnya juga sudah terlihat dalam beberapa waktu belakangan. Terlebih saat Prabowo dan timnya juga cukup agresif serta mulai jauh lebih eksis di media massa di publik.

Ditambah lagi dengan berbagai macam aturan yang dituangkan dalam Kementerian Pertahanan. Mulai dari pembelian alutsista, peremajaan dan sebagainya.

"Itu kan menunjukkan karakter bahwa ini ada menteri yang secara serius ingin memperkuat kapasitas dan bisa jadi memperkuat semacam posisi Indonesia dari sisi pertahanan. Ini untuk Prabowo," terangnya.

Ia menyebut bahwa program-program pemerintah lewat Kementerian Pertahanan itu memang secara politik bisa dibilang masuk dalam kalangan atas. Terlebih saat berbicara pertahanan nasional lalu pengembangan dan penyegaran alutsista serta berbagai upaya untuk mempertahankan kedaulatan nasional.

Baca Juga:Elektabilitas Prabowo Meroket, Loyalitas Kepada Jokowi Disebut Jadi Penyebabnya

"Itu akan menjadi komoditas politik yang kuat karena masyarakat kita bagaimana juga masih melihat itu, selain isu-isu kesejahteraan. Isu-isu nasionalisme ini kan masing penting ya. Saya kira Pak Prabowo paham betul lah bagaimana bisa mengoptimalkan atau memanfaatkan sentimen dan psikologi nasional ini dalam kebijakan-kebijakannya," ucapnya.

Menurut Wawan, ada keuntungan yang dimiliki oleh seorang politisi atau figur saat memegang jabatan publik ketika berbicara dengan elektabilitas. Sosok tersebut akan memiliki sumber daya yang lukratif untuk membangun personanya.

"Ini kan yang terjadi baik pada Pak Prabowo, Andika, Ganjar dan Anies. Ini mereka semua sedang memegang posisi-posisi jabatan publik yang cukup strategis bagi masing-masing dan memang bisa memanfaatkan itu untuk kemudian menaikkan imagenya," tuturnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan sosok-sosok tersebut adalah dengan menuangkan berbagai macam kebijakan itu sendiri. Sehingga memang kemudian bisa dengan cepat dan mudah diingat dan dimasuk ke memori publik.

Tentu saja, lanjut Wawan, kebijakan itu menjadi legitimasi sosok-sosok tersebut saat berada atau memegang jabatan tertentu. Dengan tetap sesuai dengan otoritas yang dimiliki masing-masing.

"Kalau misalkan tidak sedang memegang jabatan publik itukan agak susah tapi karena ini memegang jabatan publik itu punya privilege atas resource atau legitimasi formal kebijakan, privilege atas akses ke media massa, privilege macam-macam ya yang kira-kira kemudian bisa menaikkan image posisi tawarnya di hadapan masyarakat," ujarnya.

Terkait dengan masa bakti sejumlah sosok yang akan segera berakhir, Wawan berujar para politisi tersebut akan mengubah strategi politiknya. Bisa dengan memperkuat jejaring sosial ke kelompok-kelompok di masa jabatan yang nanti dapat digunakan sebagai mesin politik atau terkoneksi dengan partai politik.

Tidak menutup kemungkinan juga terkoneksi melalui berbagai organisasi kemasyarakatan tertentu. Sebab, ia menyebut satu-satunya cara untuk bisa menaikkan political leverage atau pengaruh politik itu dengan menjadi bagian dari sebuah struktur otoritas maupun struktur sosial.

"Kalau secara individu personal itu enggak akan pernah ngangkat. Kalau sekarang masih bisa menggunakan posisi di formalnya kelak kalau sudah tidak, pilihannya satu menjadi bagian dari partai politik, kedua membangun mesin politik sendiri dalam bentuk relawan jejaring dan sebagainya tapi itu akan sangat mahal dan ketiga menjadi bagian atau representasi dari sebuah organisasi sosial yang kuat," pungkasnya.

Litbang Kompas merilis hasil survei terbarunya terkait Kepemimpinan Nasional sebagai calon presiden di Pilpres 2024. Hasilnya Prabowo Subianto masih unggul dibuntuti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Sementara petinggi PDIP Puan Maharani berada di urutan paling buncit.

"Jika pemilu diselenggarakan pada saat survei dilakukan, Prabowo akan dipilih 26,5 persen masyarakat. Selanjutnya disusul Ganjar 20,5 persen, dan Anies 14,2 persen," tulis hasil survei Litbang Kompas seperti dikutip Suara.com.

Sementara di bawahnya ada nama Sandiaga Uno dengan angka 4,9 persen, urutan ke lima ada nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 3,7 persen, lalu ada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan 2,9 persen.

Kemudian ada nama Ridwan Kamil dengan angka 2,6 persen, lalu ada nama Tri Rismaharini dengan angka 2,6 persen juga. Ada pula Jenderal TNI Andika Perkasa dengan angka 2 persen.

Di urutan 4 terbawah ada nama Gatot Nurmantyo dengan angka 1,4 persen, lalu Erick Thohir dengan angka 1,1 persen, kemudian Mahfud MD dengan angka 1,1 persen. Adapun urutan paling buncit ada Puan Maharani dengan angka 0,6 persen.

Sementara yang menyatakan pilihan lainnya ada 4,1 persen dan menjawab tidak ada atau tidak tahu hingga rahasia ada 11,8 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini