Ngebut, Mobil Tabrak Peserta Karnaval di Belgia dan Tewaskan 6 Korban

Selain enam orang tewas, 10 korban lainnya mengalami luka-luka.

Eleonora PEW
Minggu, 20 Maret 2022 | 22:10 WIB
Ngebut, Mobil Tabrak Peserta Karnaval di Belgia dan Tewaskan 6 Korban
Ilustrasi kecelakaan (Unsplash)

SuaraJogja.id - Enam orang tewas dalam insiden tabrakan yang terjadi dalam sebuah parade di Belgia, Minggu (20/3/2022). Sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak peserta karnaval yang sedang bersiap untuk mengikuti parade.

Selain enam orang tewas, 10 korban lainnya mengalami luka-luka. Pihak berwenang mengatakan, insiden itu kemungkinan bukan serangan teroris.

"Pada tahap ini, belum ada unsur-unsur yang menunjukkan bahwa serangan itu bermotif terorisme," kata jaksa Damien Verheyen dalam jumpa pers.

Polisi membantah laporan media bahwa mobil tersebut terlibat dalam kejar-kejaran dengan kecepatan tinggi.

Baca Juga:Tak Ikut Parade di Jakarta, Pembalap MotoGP Ini Malah Bagi-bagi Uang di Mandalika

Peristiwa tersebut terjadi di Desa Strepy-Bracquegnies, Belgia selatan, sekitar pukul 04.00 GMT (11.00 WIB).

Jacques Gobert, wali kota La Louviere, kota tetangga dari desa tersebut, mengatakan sekitar 150-200 orang tengah berkumpul untuk bersiap-siap mengikuti parade ketika sebuah kendaraan muncul.

"Sebuah mobil yang ngebut melaju ke arah kerumunan… Sang sopir lalu melanjutkan perjalanannya," kata Gobert.

Mobil tersebut berhasil dicegat dan dua penumpangnya ditahan.

Polisi mengatakan mereka adalah warga setempat berusia 30-an tahun dan belum masuk catatan kejahatan polisi.

Baca Juga:Melihat Boneka-boneka Unik saat Festival Las Fallas di Valencia

Belgia dalam tujuh tahun terakhir telah melakukan berbagai upaya untuk membasmi orang-orang yang diduga terkait dengan kelompok militan.

Sebuah jaringan ISIS di Brussels terlibat dalam serangan di Paris pada 2015 yang menewaskan 130 orang dan di Brussels pada 2016 yang membunuh 32 orang.

Menabrak kerumunan dengan mobil telah dijadikan senjata oleh kelompok militan di Eropa dan supremasi kulit putih di Amerika Serikat karena serangan seperti itu tidak menelan biaya banyak, mudah dilakukan dan sulit dicegah, kata para pakar. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini