SuaraJogja.id - Amerika Serikat bertanggung jawab atas terhentinya pembicaraan di Wina antara Teheran dan negara-negara besar yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Senin.
"Amerika bertanggung jawab karena menghentikan pembicaraan ini ... Sebuah kesepakatan yang hampir dicapai," kata Saeed Khatibzadeh saat konferensi pers mingguan.
"Washington seharusnya membuat keputusan politik untuk menyelamatkan perjanjian (nuklir)," katanya.
Ia menambahkan bahwa Teheran "tidak menunggu selamanya."
Baca Juga:Dianggap Tak Menarik, Film "Morbius" Meraup Pemasukan Rp561,8 Miliar di Box Office Amerika
Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (31/3) mengatakan bahwa sejumlah isu dalam pakta nuklir masih belum terselesaikan.
Deplu juga menyatakan bahwa tanggung jawab untuk membuat keputusan berada di tangan Teheran.
Iran menyebutkan bawah masih ada sejumlah isu yang tertunda, termasuk penghapusan cap Korps Pengawal Revolusi Islam sebagai organisasi teroris asing oleh Washington.
Teheran juga meminta jaminan bahwa presiden AS di masa depan tidak akan meninggalkan perjanjian nuklir.
Khatibzadeh mengatakan Teheran siap melanjutkan pembicaraan dengan rival kawasan utamanya, Arab Saudi, apabila Riyadh bersedia menyelesaikan isu-isu bilateral yang masih belum tuntas.
Baca Juga:Viral! Ini Alasan Deretan Penyanyi Amerika Berterima Kasih pada Jungkook BTS
Tuntutan Rusia memaksa negara besar untuk menghentikan perundingan nuklir pada awal Maret.
Akan tetapi, Moskow kemudian mengatakan telah memiliki jaminan tertulis bahwa perdagangannya dengan Iran tidak akan terpengaruh dengan sanksi terkait Ukraina.
Pernyataan itu memberi kesan bahwa Moskow memberi lampu hijau agar perjanjian nuklir dilanjutkan.