Pemdes Muntuk Bantul Klaim Sukses Tangani Stunting, Ini Upaya Konkretnya

Lurah Muntuk Marsudi mengungkapkan, pada 2020 tercatat ada 157 anak yang terlahir stunting.

Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Rabu, 27 April 2022 | 17:40 WIB
Pemdes Muntuk Bantul Klaim Sukses Tangani Stunting, Ini Upaya Konkretnya
Lurah Muntuk, Dlingo, Bantul Marsudi - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Pemerintah desa (Pemdes) Muntuk, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul mengklaim mampu menangani stunting di wilayahnya.

Lurah Muntuk Marsudi mengungkapkan, pada 2020 tercatat ada 157 anak yang terlahir stunting. Namun, pada 2021 lalu tidak ada anak yang terlahir stunting.

"Jumlah anak stunting di desa kami pada 2020 ada 157 anak tapi tahun 2021 lalu tidak ada bayi stunting," kata Marsudi, Rabu (27/4/2022).

Sementara untuk anak-anak yang terlahir dalam kondisi stunting, sambung dia, tak banyak yang bisa dilakukan kecuali merawatnya sepenuh hati,

Baca Juga:Cegah Stunting Demi Indonesia Sehat 2045, BKKBN dan Komisi IX DPR RI Harap Semua Pihak Berkomitmen

"Anak yang lahir stunting pada 2020 tinggal dirawat saja, mau gimana lagi," paparnya.

Menurutnya, tidak adanya anak yang terlahir stunting pada 2021 kemarin karena jawatannya punya banyak program yang fokus menangani stunting. Program utamanya antara lain Bantuan Pemberian Makanan Tambahan (BPMT), optimalisasi kader pencegahan stunting, dan ibu wajib memberikan ASI.

"Kami ada program BPMT anak-anak dan BPMT sekolah untuk kepentingan stunting," katanya.

Selain itu, kader pemdes selalu dikontrol setiap bulannya untuk melaporkan perkembangan seribu hari sebelum ibu hamil. Kemudian memantau sampai seribu hari setelah ibu melahirkan anak.

"Jadi kami bisa betul-betul mengontrol masalah stunting," ujarnya.

Baca Juga:Cegah Stunting, BKKBN Genjot Sosialisasi KIE Program Bangga Kencana di Sumbar

Pihaknya juga memberi edukasi kepada ibu yang baru saja melahirkan anak untuk memberi ASI sampai batas waktu tertentu. Khususnya, ibu-ibu yang bekerja di pabrik.

"Kami melalui kader memberi edukasi kepada mereka agar rela berhenti bekerja untuk menyusui anaknya," tambahnya.

Kendati mereka berhenti bekerja, pemdes tidak memberikan kompensasi apapun.

"Enggak ada kompensasi, yang penting mereka akan mendapatkan anak-anak yang berkualitas. ASI sangat penting untuk mencegah stunting," jelasnya.

Dengan teratasinya masalah stunting, maka program untuk mengentaskan kemiskinan akan terasa lebih mudah.

"Program di desa ini adalah pengentasan kemiskinan. Kemiskinan tidak begitu menjerat ketika stunting diatasi terlebih dulu," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak