Dapat Bantuan Mesin Pirolisis, Warga Siten Bantul Ubah Limbah Sampah Plastik Jadi Minyak Tanah

awalnya sampah plastik di tempatnya dibuang ke TPST Piyungan.

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Rabu, 25 Mei 2022 | 15:12 WIB
Dapat Bantuan Mesin Pirolisis, Warga Siten Bantul Ubah Limbah Sampah Plastik Jadi Minyak Tanah
Suratno mengoperasikan mesin pirolisis limbah plastik di Siten, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Rabu (25/5/2022). [Rahmat Jiwandono / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul berupaya mengurangi jumlah sampah rumah tangga mengingat kapasitas TPST Piyungan sudah melebihi batas. Seperti yang dilakukan oleh warga Padukuhan Siten, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, yang mengolah sampah plastik jadi minyak tanah

Ketua RT 03 Padukuhan Siten, Suratno menjelaskan, awalnya sampah plastik di tempatnya dibuang ke TPST Piyungan. Dan pihaknya harus mengeluarkan dana sebesar Rp400 ribu setiap bulannya untuk membayar truk pengangkut sampah. 

"Saat itu setiap bulan harus membayar truk (sampah) Rp400 ribu," ujar Suratno, Rabu (25/5/2022). 

Mahalnya ongkos yang harus dibayarkan hanya untuk membayar truk pengangkut sampah, mereka mencari cara untuk mendaur ulang sampah plastik. Lantas pada awal 2019 mendapat bantuan mesin pirolisis limbah plastik. 

Baca Juga:Soroti Wacana Kenaikan Tarif Retribusi Pantai Selatan di Bantul, Dispar Minta Jangan Tergesa-gesa

"Alat ini kan riset dari Universitas Janabadra, saya punya kenalan dosen Janabadra namanya Pak Yono yang kemudian mengenalkan kepada pemilik alat ini. Namanya Pak Samsiro," katanya. 

Pihaknya baru benar-benar mengolah sampah plastik dua bulan yang lalu. Sebab, dua tahun pandemi Covid-19 berdampak terhadap daur ulang plastik itu. 

Setelah itu, warga secara swadaya mengumpulkan sampah plastik di mesin pirolisis ini. Menurutnya, di awal-awal mereka menggunakan kayu bakar untuk melelehkan plastik. 

"Dari situ kami praktikkan menggunakan kayu bakar yang dipotong kecil-kecil supaya bisa masuk ke dalam blower. Tapi tidak efektif karena butuh kayu lebih banyak dan tenaga, panasnya juga enggak bisa maksimal," terangnya. 

Lantas satu bulan kemudian coba beralih ke gas. Dengan pakai gas bisa panasnya bisa diatur dan lebih efektif. 

Baca Juga:Jumlah Kasus Perceraian di Kabupaten Bantul Diprediksi Meningkat, Pengadilan Agama Beri Penjelasan Ini

"Karena tinggal dinyalakan (kompornya) tidak perlu nyacah kayu dan orang-orangnya bisa mengerjakan hal yang lain," paparnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak