SuaraJogja.id - Nama Carlo Ancelotti kembali menjadi sorotan usai berhasil membawa Real Madrid juara Liga Champions 2022. Di partai final, Carlo Ancelotti beradu strategi dengan Jurgen Klopp. Alhasil strategi Acelotti hantar Real Madrid keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 1-0 atas Liverpool.
Banyak yang mengatakan jika pada final Liga Champion yang dimainkan di Stade de France, Minggu (19/5/2022) dini hari, Carlo Ancelotti menerapkan parkir bus guna membendung serangan demi serangan anak asuh Jurgen Klopp.
Hal itu pun sering dilakukan oleh Ancelotti saat menghadapi tim-tim besar dengan kualitas pemain yang lebih mempuni. Jadi tak heran jika publik serta pengamat sepak bola mengatakan jika Carlo Ancelotti miskin akan taktik.
Namun bukankah bermain bertahan juga bagian taktik dalam sepak bola? Tulisan ini akan mengulas tentang taktik yang digunakan Carlo Ancelotti saat Real Madrim bertemu dengan Liverpool pada final Liga Champions 2022. Pada partai tersebut, Real Madrid berhasil keluar sebagai juara usai kalahkan Liverpool dengan skor tipis 1-0.
Baca Juga:Usai Angkat Trofi Liga Champions, Luka Modric dan Toni Kroos Umumkan Bertahan di Real Madrid
Dilansir dari sebuah utas akun Twitter @theflankerID bahwa sebenarnya Ancelotti tidak miskin taktik, hanya saja banyak orang yang tidak bisa melihat detail kecil pada pertandingan final tersebut.
Secara garis besar, selama babak penyisihan grup Liga Champions. Taktik yang digunakan oleh Carlo Ancelotti lebih ke menunggu, fokus bertahan, kemudian melancarkan serangan balik.
Pada laga final Liga Champions melawan Liverpool, Ancelotti sadar betul akan kekurangan timnya, yakni adanya ruang di depan garis pertahanan karena jarak antarlini terlalu jauh. Ruang tersebut sukses diekploitasi penuh oleh Chelsea dan Manchaster City pada laga sebelumnya saat berjumpa Real Madrid.
Akan tetapi pada laga final Ancelotti menghilangkan ruang kosong yang terletak di depan kotak penalti Madrid. Terbukti sepanjang pertandingan, anak asuh Jurgen Klopp jarang sekali menguasai bola di depan kotak penalti lawan. Sehingga dapat terlihat jika peta permainan Liverpool banyak melakukan umpan dan serangan ke sebelah kanan yang diisi oleh Muhamed Salah.
Lantas bagaimana cara Ancelotti menutup ruang kosong di depan kotak penalti Madrid? Salah satunya yakni dengan cara menempatkan dua gelandang untuk selalu berada di depan 4 bek Madrid. Kroos dan Casemiro yang ditunjuk untuk menempati posisi tersebut sukses bermain disiplin sesuai arahan Ancelotti.
Baca Juga:Marcelo Umumkan Juara Liga Champions 2021-22 Menjadi Trofi Terakhirnya Bersama Real Madrid
Publik akan menilai bahwa dalam pertandingan tersebut Real Madrim menggunakan taktik parkir bus. Namun Ancelotti memiliki maksud tersendiri dengan menumpuk pemain (low/mid-blok) dan menerapkan shape 4-5-1 atau 4-4-2 ketika bertahan. Hal itu dilakukan agar Liverpool melakukan serangan dengan menyisir tepi lapangan.
"Kami sudah bilang di tengah laga bahwa full-back Liverpool (utamanya TAA) kurang agresif karena mereka mewaspadai serangan balik Madrid. Oleh sebab itu, winger Liverpool acap sendirian di depan dan itu membuat Madrid mudah melakukan overload untuk mengambil alih bola,"ungkap akun twitter @theflankerID.
"Perlu diingat juga bahwa gol Vinicius tercipta setelah Madrid memulai serangan dari sisi tepi & unggul duel [atau berhasil lolos] dari Liverpool. Nah, gol ini terjadi berkat kejelian Ancelotti. Sebuah adjusment kecil ketika ia melihat lawan lakukan perubahan. Apa itu?" Imbuhnya.
"Full-back Liverpool yang mulai agresif. Ini. Ini mulai kelihatan di babak kedua. Di babak pertama, misalnya, TAA cuma lepasin 1 umpan kunci, sedangkan di babak 2 ada 2. Inilah yang dilihat Ancelotti. Ia melihat agresifnya full-back Liverpool sebagai peluang buat nyerang balik," tambahnya.
"Melihat itu, Ancelotti menginstruksikan Valverde untuk bisa stay di depan. Jadinya sayap gantung Madrid gak cuma di sisi kiri aja lewat Vini, tapi juga di sisi kanan. Dari situasi 2 sayap gantung inilah gol Madrid berasal. Mereka dapat situasi 3 vs 3 ketika gol tercipta," ungkap @theflankerID.
Apa yang diinstruksikan oleh Ancelotti seolah-olah dia paham jika Liverpool amat buruk dalam transisi menyerang ke bertahan. Selain itu, Real Madrid juga sangat terbantu atas penampilan gemilang penjaga gawang Thibaut Courtois yang beberapakali mematahkan peluang dan tembakan yang dilakukan oleh anak asuh Jurgen Klopp.
Dalam pertandingan tersebut sebenarnya peluang yang diciptakan Liverpool sangatlah besar dan menyentuh angka 2,14. Melihat banyaknya peluang namun tidak membuahkan gol, Liverpool bisa dikatakan tidak beruntung. Namun dibalik ketidakberuntungannya, terdapat taktik Ancelotti dengan segala detail-detail kecil di dalamnya. Salah satunya yakni meminimalisir lawan untuk tidak berbuat lebih banyak dalam pertandingan tersebut.
"Liverpool memang mendominasi penguasaan bola, tapi yang sejatinya mengontrol laga final tadi adalah Real Madrid. Sebab, dalam banyak kesempatan, mereka berhasil mengarahkan laga ke arah yang mereka mau. Courtois kemudian datang untuk menyempurnakan. Paripurna tugas Ancelotti," tulis akun Twitter @theflankerID.
Kontributor : Moh. Afaf El Kurnia