Menengok Petilasan Giri Sapto, Makam Seniman di Bantul yang Menyimpan Sejumlah Sejarah Negara

Dan di sinilah bersemayam dalam kesunyian para penganut jalan seni diharibaan Ibu Pertiwi.

Muhammad Ilham Baktora | Wahyu Turi Krisanti
Senin, 25 Juli 2022 | 10:18 WIB
Menengok Petilasan Giri Sapto, Makam Seniman di Bantul yang Menyimpan Sejumlah Sejarah Negara
Gerbang mask Makam Seniman Giri Sapto, Imogiri,Kabupaten Bantul, Minggu (24/7/2022). [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Memasuki makam seniman Giri Sapto yang terletak di Imogiri, Kabupaten Bantul berbeda dengan makam pada umumnya. Tak ada kesan mistis, yang terlihat hanyalah estetika di setiap makam dan hawa sejuk karena pepohonan yang rimbun.

Selesai dibangun pada 6 Februari 1988, sebelum menilik satu persatu makam, kita bisa melihat patung R.M Saptohoedojo, inisiator makam seniman Giri Sapto. Beliau wafat 3 September 2003 di usia 77 tahun dan disemayamkan ditempat ini bersebelahan dengan Philipvon, ayam kesayangannya. Konon Philipvon berasal dari Filipina, tingkahnya yang patuh sesuai perintah tuannya, matinya pun tak selang lama dengan Saptohoedojo.

Juru kunci Makam Giri Sapto, Jamhari (68) diberikan mandat untuk merawat tempat ini sejak 1996. Saat itu sudah ada beberapa makam seniman di Giri Sapto, seperti Kusbini, pencipta lagu Bagimu Negeri dan DR Liberty Malik pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa.

"Saya mulai jaga disini sudah ada 10 lebih makam tokoh seniman," terang Jamhari, Minggu (24/7/2022).

Baca Juga:Sepatu Ini Tampilkan Karya Seniman Untuk Menebar Pesan Positif dan Pemberdayaan Sosial

Makam R.M Saptohoedojo, penggagas Makam Seniman Giri Sapto. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]
Makam R.M Saptohoedojo, penggagas Makam Seniman Giri Sapto. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]

Jamhari mengatakan bahwa keluarga besar Kusbini masih sering ziarah di makam beliau, setidaknya setahun sekali. Namun ada pula makam seniman yang tidak pernah dikunjungi karena keluarganya berada jauh dari Yogyakarta.

"Kalau keluarga Kusbini masih sering dikunjungi, mereka janjian gitu setiap hari-hari tertentu," ujarnya.

Lebih dari 60 seniman-seniman ini dikebumikan di Giri Sapto. Baru-baru ini ada makam seniman pantomim Jemek Supardi yang wafat 16 Juli 2022 lalu. Saat ditengok masih ada karangan bunga ucapan duka cita dan bunga-bunga kering diatas pusaranya.

"Saya tidak menyangka kalau pak Jemek itu sangat terkenal, waktu meninggal yang layat banyak, temannya banyak sekali," kata Jamhari.

Suasana makam Jemek Supardi, seniman pantomim Yogyakarta di Makam Giri Sapto,Bantul, DI Yogyakarta. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]
Suasana makam Jemek Supardi, seniman pantomim Yogyakarta di Makam Giri Sapto,Bantul, DI Yogyakarta. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]

Harya Suraminata atau akrab dipanggil Hasmi pun disemayamkan disini pada 6 November 2016. Beliau merupakan komikus yang salah satu karyanya dijadikan film di tahun 2019 yaitu Gundala.

Baca Juga:Bantu Seniman Bantul, BPD DIY Bangun Panggung Serba Guna di Pasar Gabusan

"Waktu jaman syuting film Gundala dari tim-nya pernah ziarah ke makam pak Hasmi," paparnya.

Makam maestro pematung yang dekat dengan Ir. Soekarno, Edhi Sunarso bisa dikunjungi ditempat ini. Lahir di Salatiga, 2 Juli 1932 dan wafat di Yogyakarta, 4 Januari 2016, tak banyak yang tahu kalau beliau memiliki banyak karya berarti di sepanjang sejarah bangsa ini, seperti monumen Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta dan diorama sejarah Museum Lubang Buaya di Jakarta.

Beberapa seniman yang masih sugeng (sehat) hingga saat ini pun telah memesan tempat dari tanah seluas 4 hektar tersebut. Salah satunya Djoko Pekik, pelukis yang kondang dengan karya Berburu Celeng (1998) yang menggambarkan keadaan pemimpin Indonesia di Orde Baru.
Di tahun 1965 Djoko Pekik sempat ditangkap lantaran dianggap berhubungan dengan LEKRA.
Tak hanya memesan sebidang tanah, Djoko Pekik menggambar seekor celeng disertai tulisan 'tak seorang pun pernah pulang walau mati menanti' di samping bakal pusaranya sendiri.

"Gambar celeng ini yang buat pak Djoko sendiri, walau beliau masih ada, tapi sudah memesan tempat karena pak Djoko kan ya sudah sepuh," katanya.

Selama Jamhari berjaga di makam Giri Sapto tak banyak yang datang berziarah, hanya di hari-hari tertentu. Meskipun makam ini bersemayam para seniman penting negara, hanya keluarga dan kerabat seniman sendiri yang kerap datang berkunjung.

"Dari tokoh-tokoh atau pejabat gitu paling datang waktu pemakaman, kalau ziarah biasanya hanya keluarga dan kerabat seniman," kata Jamhari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak