Lepas Kepergian Tri Fajar Firmansyah, Wahyudi: Semedot Atiku

Wahyudi menegaskan Tri Fajar Firmansyah bukanlah tukang parkir, ia driver ojek online

Galih Priatmojo
Rabu, 03 Agustus 2022 | 13:15 WIB
Lepas Kepergian Tri Fajar Firmansyah, Wahyudi: Semedot Atiku
Prosesi pemakaman korban penganiayaan saat ricuh antarsuporter Tri Fajar Firmansyah di Makam Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Rabu (3/8/2022). (kontributor/uli febriarni)

SuaraJogja.id - Wahyudi (59), ayah mendiang Tri Fajar Firmansyah (23), --korban penganiayaan buntut ricuh antarsuporter-- , Senin (25/7/2022), harus berat hati melepas kepergian putra bungsunya itu. 

Kala ditemui di rumah duka, Wahyudi menumpahkan isi hatinya kala ditanyai sejumlah wartawan, Rabu (3/8/2022). 

Ia mengungkap, akibat penganiayaan yang terjadi Senin malam itu, anak lelakinya itu dirawat di RSPAU Harjolukito selama delapan hari. Sejak itu, ia tak lagi sadarkan diri hingga berpulang ke haribaan Tuhan Yang Maha Esa, Selasa (2/8/2022). 

"Kulo keloro-loro, keronto-ronto atiku. Semedot rasane (Sakit rasanya, hatiku hancur)," kata dia. 

Baca Juga:Kabar Duka! Satu Suporter PSS Sleman Meninggal Dunia, Buntut Kericuhan di Yogyakarta

Anaknya yang begitu dekat dan hobi bergurau dengan Wahyudi dan istrinya, Lasiyem, kini terlebih dahulu dipanggil pulang oleh Tuhan. 

Wahyudi mengungkap, sore sebelum kejadian nahas itu menimpa, Tri meminta untuk diambilkan makan dan disuapi olehnya. 

Setelah makan, ia kembali ke kamar. Sedangkan Tri, ditelepon temannya kemudian pamit pergi keluar.

"Saya di rumah, malah mendengar kabar anakku tidak ada lagi," tambahnya. 

"Minggu (24/7/2022) nika nggih sama mamake njaluk cium, kelon (Hari minggu itu dia sama ibunya mintai dicium dan ditemani tidur," imbuh dia lagi. 

Baca Juga:5 Hits Bola: Viral Bintang Real Madrid Tandatangani Bendera PSS Sleman

Meluruskan informasi yang selama ini beredar, Wahyudi menyebut putranya itu bukanlah tukang parkir di swalayan. Melainkan, sopir jasa antar makanan online. 

"Dia bukan tukang parkir, cuma main di sana. Main sama anak sini. Anak saya jarang sebetulnya ke Mirota [swalayan terdekat lokasi penganiayaan]," ucapnya. 

Ia mengakui, Tri merupakan suporter setia PSS Sleman dan kerap menonton tim andalannya itu bila bertanding. 

Cerita dari teman-teman korban, sebelum diduga dikeroyok, korban sempat terjatuh dua kali saat peristiwa terjadi.

"Dioyak kalih sing brutal meniko. Anak kula mboten salah. Anak kulo mung meneng (Anak saya dikejar sama yang brutal itu. Anak saya tidak salah, dia itu orangnya pendiam)," tuturnya. 

Ia berharap, kasus ini diusut tuntas oleh pihak berwajib 

Dukuh Tambakbayan Widodo menambahkan, Tri Fajar dikenal sebagai pemuda supel yang aktif dalam kegiatan kepemudaan dan tidak neko-neko. 

Tri bukanlah tukang parkir. Rekan Tri  yang ditemui pada hari kejadianlah yang merupakan tukang parkir swalayan. 

"Bukan tukang parkir. Yang tukang parkir itu mas Imam, hanya [mengalami] memar. Mereka teman dan ketemu seketika di sana," sebut dia. 

Widodo menyatakan, dari luka yang dialami oleh korban, ada dugaan warganya itu dipukul menggunakan benda tumpul. 

"Harapan kami diselesaikan secara hukum dan tuntas. Cukup ini terakhir dan mudah-mudahan tidak terulang lagi. Kasihan yang tidak tahu apa-apa," tandasnya. 

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini