"Defisit akan lebih dari 3 persen. Presiden pun mengeluarkan Perpu defisit boleh 3 persen selama 3 tahun. Tidak ada negara yang siap waktu itu," ujarnya.
Ia mengatakan saat itu yang dilakukan membantu bantuan keuangan di sektor listrik. "Yang bisa, tarif listrik, 450 VA, kita bebasin. 900 VA kita kasih diskon 50 persen, dan internet kita berikan. Guru dosen mahasiswa, santri pesantren pulsa internet kita kasih," katanya.

Menurutnya, Pandemi Covid-19 menjadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkan. Ia pun memprediksi kredit-kredit akan macet karena tidak bisa membayar. "Stabilitas keuangan akan kita jaga dengan nerumuskan langkah-langkah agar tetap terjaga," kata dia.
Ia pun tak memungkiri aktivitas utang juga akan meningkat karena keterbatasan mobilitas. Untuk itu, APBN memiliki instrumen fiskal. "Kita dapat pendapatan, kita pakai untuk belanja. Tapi, kalau pendapatan lebih kecil, belanja lebih besar maka defisit, makanya ada pembiayaan atau hutang," ucapnya.
Baca Juga:Meski Ada Sentimen, Kamis Pagi IHSG Dibuka Naik ke Level 7.094
"Kalau ekonomi menghadapi hantaman Covid-19, sektor usaha lumpuh.Kita tahu akan banyak sektor yang tumbang. Apakah kita diam saja atau masuk untuk membantu. Negara itu punya instrumen APBN untuk menghadapi situasi seperti itu,"imbuhnya.
Dalam undang-undang keuangan negara, Menkeu menyebut APBN mempunyai fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. "Yang stabilisasi ini, ekonomi yang sedang hancur ke bawah dan guncang, kita harus angkat ke atas. Fungsinya, nahan supaya jangan terjun payung walaupun memang belum ada penerimaan,"ujarnya.
"Jadi kita harus memberikan bantuan kesehatan dan bantuan sosial. Namun, ini nggak selamanya, kalau ekonomi lagi pulih, kita akan dapat lagi. Jadi waktu itu, kita memikirkan bagaimana saat penerimaan jatuh, kita harus menjalankan tugas kita. Namun, jangan sampai menjadi alasan menimbulkan kebijakan fiskal yang buruk,"imbuhnya.
Untuk itu, di dalam Perpu, Menkeu menyebut boleh melakukan kondisi yang sangat tidak biasa selama 3 tahun, tapi harus berdisplin kalau pun harus memberikan bantuan, harus tetap menjaga penerimaannya.
"Tahun 2020, penerimaan memang jatuh, untuk pajak 18 persen dan total penerimaan jatuh sampai 16 persen.Belanja naik hampir 15 persen. Jadi belanja melonjak, penerimaan jatuh, makanya defisit sampai 6,1 persen," urainya.
Baca Juga:269 Saham Menghijau, Rabu Pagi IHSG Dibuka Nai ke Level 7.072
"Apakah itu harus dilakukan [berhutang], ya iyalah membantu rakyat tidak ada pilihan. Konsekuensi utang yang nambah, kita harus kelola habis itu. APBN instrumen untuk menyelamatkan negara dan ekonomi," imbuhnya.