Cerita Pilu Aremania Asal Probolinggo, 11 Hari Bertahan di Kanjuruhan, Berharap 3 Temannya yang Tewas Datang

Dugaan trauma berat itu juga ditunjukkan dengan prilaku Rusdi yang enggan untuk diperiksa bahkan dibawa oleh tim medis.

Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 12 Oktober 2022 | 23:04 WIB
Cerita Pilu Aremania Asal Probolinggo, 11 Hari Bertahan di Kanjuruhan, Berharap 3 Temannya yang Tewas Datang
Seorang Aremania asal Probolinggo, tampak tertidur di pintu utama Stadion Kanjuruhan yang sudah 11 hari bertahan dan tak pulang. [Beritajatim.com]

SuaraJogja.id - Matanya sayu ketika bangun dari tidur lelapnya. Dengan rambut acak-acakan, pria berbaju Arema FC ini terlihat duduk sambil berusaha mengumpulkan kesadaran setelah 12 jam tertidur di depan pintu utama Stadion Kanjuruhan, Malang.

Kesadarannya yang sudah terkumpul penuh, menggerakkan kakinya untuk mencari toilet di sekitar stadion. Sayang, semua akses pintu di toilet stadion tertutup. Akhirnya laki-laki ini memilih toilet yang ada di warung sekitar stadion setempat.

Pemilik warung mempersilahkan laki-laki ini menggunakan toilet warungnya. Bahkan beberapa kali pemilik warung memberikan kopi dan makanan gratis namun selalu ia tolak.

Sudah 11 hari laki-laki ini luntang-lantung di stadion kebanggaan Arema FC itu. Bukan tanpa sebab, laki-laki bernama Rusdi ini adalah korban beringasnya tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam hingga menyebabkan teman-temannya tewas di depan matanya sendiri.

Baca Juga:Ade Armando Dipolisikan Gegara Bilang Aremania 'Sok Jagoan'

"Sama saya, korban ini ngomong, datang ke stadion sama tiga temannya. Nah, tiga orang temannya ini meninggal dunia semua. Satu orang cewek, dua orang laki-laki, meninggal semua. Tinggal dia sendiri," ungkap pemilik warung sekaligus penjual kopi, Bu Tin seperti dikutip dari Beritajatim.com jaringan Suara.com, Rabu (12/10/2022).

Rusdi, dari penuturan perempuan 59 tahun itu kerap berkeliling di Stadion Kanjuruhan tanpa tujuan yang jelas. Ketika menjelang malam, Rusdi yang diketahui warga Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo ini tidur di depan pintu utama stadion atau di patung kepala Singa Tegar.

Bu Tin beberapa kali menyarankan laki-laki 17 tahun ini untuk kembali ke rumahnya di Probolinggo. Namun jawaban yang diterima Bu Tin, Rusdi enggan kembali karena masih merasa bersama tiga temannya yang sudah tewas.

"Saya tanya, pulang lah nak. Tiga temanmu sudah nggak ada. Tapi jawabnya nggak mau pulang, masih merasa bersama teman-temannya dan menunggu temannya yang meninggal itu," ujar Bu Tin.

Rusdi sendiri merupakan anak yatim piatu. Ia tinggal hanya dengan seorang kakak kandungnya dan takut untuk kembali ke Probolinggo.

Baca Juga:Komnas HAM Nyatakan Gas Air Mata Penyebab Utama Terjadinya Tragedi Kanjuruhan

"Sudah saya bilang agar pulang, tapi dia bersikukuh menunggu temannya. Kalau ngopi disini saya gratiskan juga gak mau. Alasannya kalau pulang katanya takut sama kakaknya. Dia kan anak yatim piatu juga, kasihan saya," kata Bu Tin iba.

Ada dugaan bahwa Rusdi mengalami trauma hebat sehingga memilih untuk bertahan di Stadion Kanjuruhan. Sub Kordinator Monev dan Pelayanan Medis RSUD Kanjuruhan Lukito Condro bersama Psikolog RSUD Kanjuruhan, Hardiono menjelaskan, pihaknya ditugaskan ke Stadion mencari keberadaan Rusdi untuk memberikan pendampingan langsung.

"Anak ini sudah dua pekan di stadion. Datang menonton pertandingan Arema dengan tiga orang teman, tiga orang itu meninggal semua. Selanjutnya kami juga berkoordinasi dengan Dinkes Probolinggo yang mencari keberadaan anak ini," kata Hardiono.

Dugaan trauma berat itu juga ditunjukkan dengan prilaku Rusdi yang enggan untuk diperiksa bahkan dibawa oleh tim medis. Tak ingin kesehatan mental Rusdi makin terganggu, Lukito tengah meminta bantuan RSJ Lawang untuk mengevakuasi Rusdi.

Rencananya, tersebut akan dilakukan pendampingan untuk mengembalikan mentalnya yang terguncang setelah 3 temannya meninggal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak