Ribuan Sekolah di Bantul Belum Terapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana

Hingga saat ini masih sebanyak 33 sekolah jenjang SD hingga SMA yang telah menerapkan SPAB.

Eleonora PEW | Wahyu Turi Krisanti
Jum'at, 14 Oktober 2022 | 09:41 WIB
Ribuan Sekolah di Bantul Belum Terapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana
Pelatihan siaga bencana oleh BPBD Bantul kepada tenaga pendidik di SD Negeri Bakulan, Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, Kamis (13/10/2022) - (SuaraJogja.id/Wahyu Turi)

SuaraJogja.id - Ribuan sekolah di Kabupaten Bantul belum lakukan pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana dalam penerapan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

SPAB sendiri sebelumnya dinamakan sekolah siaga bencana yang memberikan pendidikan tanggap bencana bagi siswa sekolah. Program SPAB ini digalakkan sekaligus mewujudkan sekolah ramah anak di Kabupaten Bantul.

"Saat ini kan mengarah ke sekolah ramah anak, untuk menuju itu harus mempunyai komitmen terkait dengan penanganan bencana. Kebetulan proses mau jalan bareng sama situasi bencana hidrometeorologi yang terjadi saat ini," kata Staf Bidang I BPBD Bantul, Jirokhim Soleh, Kamis (13/10/2022).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul sendiri mencatat, hingga saat ini masih sebanyak 33 sekolah jenjang SD hingga SMA yang telah menerapkan SPAB. Sedangkan di wilayah Bantul terdapat 146.807 sekolah dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK/MA.

Baca Juga:Duh! 1.600 Warga Kota Semarang Terdampak Banjir Imbas Luapan Sungai Beringin

"Baru sekitar 33 sekolah yang resmi di launching, masih sangat sedikit. Kalau PAUD kita baru merintis tahun ini juga, ada sekitar 21 PAUD yang mau ikut kegiatan semacam ini," terangnya.

Dalam pelaksanaannya BPBD Bantul memberikan pelatihan kepada tenaga pendidik terkait bagaimana menganalisa resiko bencana di sekolah terhadap ancaman yang ada, menyusun SOP, membuat rencana operasi, serta mempersiapkan tim.

"Harapannya dengan adanya tim dan mempunyai SOP mereka dapat lebih siap akan terjadinya bencana hidrometeorologi," ujarnya.

Rokhim menambahkan pelatihan tersebut lebih menyasar untuk orang dewasa atau tenaga pendidik. Hal tersebut bertujuan agar setiap saat orang dewasa dapat menyampaikan pendidikan siaga bencana kepada anak-anak.

"Kalau ada bencana kan yang bertanggung jawab orang dewasa, tidak mungkin anak-anak. Kenapa kami membebankan kepada orang dewasa karena kami berharap ini menjadi budaya dan dapat menyampaikan setiap hari ke anak-anak," tandasnya.

Baca Juga:Aturan Baru Seragam Sekolah Berupa Pakaian Adat Bikin Orang Tua di Sumsel Bingung: Tambah Pengeluaran?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak