Sambut Perayaan Imlek, Kue Keranjang di Kota Yogyakarta Mulai Diproduksi

Kue khas perayaan Tahun Baru Imlek yang berbahan dari tepung beras ketan, gula pasir serta bahan lainnya itu diproses dengan kompor minyak.

Ronald Seger Prabowo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 14 Januari 2023 | 17:53 WIB
Sambut Perayaan Imlek, Kue Keranjang di Kota Yogyakarta Mulai Diproduksi
Kue keranjang di salah satu rumah produksi di Jalan Tegal Panggung, Kota Yogyakarta, Sabtu (14/1/2023). [Suara.com/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Perayaan tahun baru Imlek tahun 2023 hanya tinggal menghitung hari. Menyambut tahun baru China yang jatuh pada 22 Januari 2023 mendatang, produsen kue keranjang di Kota Yogyakarta mulai menyiapkan pesanannya.

Salah satu produsen kue keranjang di Jalan Tegal Panggung, Kota Yogyakarta, Sulistyowati (77) menuturkan pihaknya sudah mulai memproduksi kue khas perayaan Imlek tersebut sejak tanggal 5 Januari 2023. Bahkan pesanan sendiri sudah mulai masuk jauh sebelum mereka mulai produksi.

"Sebelum tanggal 5 sudah ada yang pesen. Ada yang datang langsung ada yang telpon. Tanggal 5 kemarin mulai produksi," kata Sulistyowati ditemui awak media, Sabtu (14/1/2023).

Pihaknya mengaku produksi kue keranjang hanya dilakukan setahun sekali saat menjelang Imlek saja. Rencananya produksi tahun ini hanya akan dilakukan sampai pada tanggal 21 Januari nanti atau sehari sebelum Hari Raya Imlek.

Baca Juga:15 Ucapan Imlek 2023 dalam Bahasa Mandarin, Bisa Dipakai untuk Kartu Ucapan!

"Produksi nanti mungkin sampai tanggal 21 (Januari). Memang kita produksi hanya setahun sekali saja. Jadi wajib ada seperti kalau pas Lebaran ada kupat, kalau Imlek ada kue keranjang," terangnya.

Disampaikan Sulistyowati, sejak awal produksi kemarin per hari pihaknya bisa membuat sekitar 100 kue keranjang per hari. Dengan berberbagai ukuran kue yang bervariasi. 

Selain dapat dikonsumsi secara pribadi, kue keranjang juga akan digunakan untuk sembayang. Termasuk juga dibeli untuk dibagikan kepada orang-orang terdekat untuk buah tangan. Pelanggannya sendiri mayoritas dari rumah tangga.

Ia mengungkapkan produksi kue keranjang miliknya sendiri sudah berlangsung sejak orang tuanya dulu. Sulistyowati yang kini meneruskan bersama adiknya itu merupakan generasi kedua. 

"Sudah sejak orang tua, saya kecil sudah bikin. Ya sudah sekitar 65 tahun," imbuhnya.

Baca Juga:4 Alasan Jeruk Mandarin Identik dengan Perayaan Imlek, Begini Filosofinya!

Pihaknya bahkan juga melalui masa-masa ketika perayaan Imlek di Indonesia dilarang saat Orde Baru silam. Namun produksinya tetap ketika itu tetap berjalan walaupun hanya dalam skala kecil saja.

"Ya dulu pas orde baru bikin tapi sembunyi-sembunyi dan tidak ada perayaan (Imlek). Jadi yang beli cuma langganan saja, beda dengan sekarang yang sudah bebas," ujarnya.

"Dulu hanya untuk sembayang sendiri-sendiri saja di rumah. Sekarang ada perayaan misal di Ketandan, lalu di klenteng-klenteng dibuka untuk sembayang," tambahnya.

Banjir orderan juga sempat dialami ketika awal reformasi. Produksi kue keranjang saat itu bahkan bisa mencapai dua kali lipat jumlah tahun ini.

"Sampai sebelum pandemi. Waktu pandemi saya pernah tutup satu tahun enggak bikin, takut. 2020 awal. Baru mulai bikin lagi 2021," cetusnya.

Lebih spesialnya lagi, meskipun sudah generasi kedua mereka tetap mempertahankan resep asli dari awal orang tuanya dulu. Selain itu semua bahan baku sendiri dipilih dari bahan-bahan lokal. 

Walaupun saat ini banyak pilihan bahan lebih murah. Tetapi menurutnya justru bahan-bahan lokal itu yang menjaga kualitas kue keranjang itu tetap konsisten hingga sekarang. Meskipun menjadikan kue keranjang produksinya agak sedikit mahal dibanding penjual lain.

"Saingan banyak sekarang. Tapi kita tetap menjaga mutu kita. Menjaga resep itu proses yang paling susah. Takaran harusnya dijaga," tuturnya.

"Bahan baku juga harus dipilih yang bagus, dibikin bagus ketannya sehingga rasa lain, tapi memang harga agak tinggi. Makanya kalau cari yang murah kita kalah, tapi kita mikirnya ini kan cuma satu tahun sekali kok enggak enak," imbuhnya

Sulistyowati menyebut produksi tahun ini sudah mulai kembali normal. Walaupun belum sepenuhnya kembali seperti saat sebelum pandemi Covid-19 lalu.

Terlebih karyawannya pun sekarang sudah mulai berkurang. Jika dulu sempat mencapai 10 orang kini hanya tingg 6 saja yang membantu untuk produksi.

"Sekarang cuma bikin separuh, belum sepenuhnya kembali. Bahan naik semua naik jadi semua ngirit. Masaknya lihat sikon, enggak berani kayak dulu. Dulu malah terus. Kalau sekarang sesuai pesanan saja. Tahun ini ya bisa produksi sampai sekitar 2 ton kalau dulu lebih," paparnya.

Proses pembuatan kue keranjang sendiri, kata Sulistyowati, membutuhkan waktu yang cukup lama. Setidaknya mulai dari memasak hingga dibungkus membutuhkan waktu selama tiga hari.

Kue khas perayaan Tahun Baru Imlek yang berbahan dari tepung beras ketan, gula pasir serta bahan lainnya itu diproses dengan kompor minyak warisan orang tuanya. Hal itu demi menjaga kualitas kue keranjang sendiri agar tetap baik.

Diungkapkan Sulistyowati terdapat berbagai model kue keranjang yang diproduksi tak hanya olehnya saja. Namun kue keranjang produksinya ini diklaim masih mengacu pada model original.

Kue keranjang produksinya sendiri diklaim bisa tahan lama hingga 1,5 tahun jika disimpan di kulkas. Kue-kue keranjang itu dijual dengan harga dan ukuran yang beragam. Pemesanan pun tak hanya di Yogyakarta saja tetapi dikirim hingga ke luar kota.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini