SuaraJogja.id - Permasalahan usaha peternakan ayam semakin bertambah. Tak hanya harga pakan yang terus naik, musim kemarau yang berkepanjangan saat ini seperti di DIY juga bisa menjadi tantangan yang harus dihadapi peternak ayam potong.
Padahal banyak peternak yang tidak memiliki kandang yang berkapasitas besar atau memadai untuk menampung ayam ternak dari gangguan cuaca. Akibatnya ayam ternak atau broiler yang seharusnya sudah bisa dipanen dalam kurun waktu 30 tahun akhirnya mengalami sakit dan mati.
"Peternak sering kekurangan kandang atau perluasan kapasitas kandang," ujar CEO Broiler X, Prastyo Ruandhito di Yogyakarta, Kamis (24/8/2023).
Selain kandang, menurut lulusan Fakultas Peternakan UGM ini, musim kemarau yang berkepanjangan dimungkinkan juga mempengaruhi stok air yang dibutuhkan peternakan. Peternak akhirnya harus membeli air dari supplier bila sumur bor tidak bisa mengeluarkan air akibat kekeringan.
Baca Juga:Nikita Willy Beli Ayam Potong di Pasar Tradisional, Mukanya Kelihatan Bingung Banget
"Meski masalah stok air untuk peternakan selama ini jarang terjadi, ada peternak ayam potong di Gunungkidul yang akhirnya kepentok sumber airnya kering sehingga harus beli di suplier untuk kandang mereka," ujarnya.
Prastyo menambahkan, modal usaha untuk pembelian pakan yang mahal juga jadi masalah klasik yang terus berulang di tingkat peternak ayam potong. Bahan baku pakan ternak saat ini sekitar Rp8.000 per kg, naik dibanding sebelumnya sekitar Rp5.000 per kg.
Karenanya dibutuhkan ekosistem bersama untuk mengatasi masalah peternak ayam potong. Kerjasama banyak pihak, termasuk pembiayaan untuk memastikan suplai ayam potong bisa terjaga dengan harga yang stabil.
"Kalau kami kerjasama dengan sekitar 350 peternak ayam broiler untuk penyediaan pakan, pengembangan kapasitas kandang dan kesehatan ternak melalui aplikasi broilerx. Salah satunya dengan sistem pendeteksi performa kandang ayam berbasis Internet of Things yang memudahkan peternak memantau kondisi ayam m, mencatat suhu, kelembaban, kadar amonia, kadar CO2 di kandang dan dapat dilaporkan secara realtime, sehingga peternak dapat melakukan secepat mungkin ketika terjadi perubahan pada komponen yang mempengaruhi kondisi ayam," jelasnya.
Sementara Adityo Putranto, Head of Business Partnership Lending Amartha mengungkapkan, sudah ada 20 peternak ayam potong di DIY dan sekitarnya yang mendapatkan pembiayaan untuk pengembangan peternakan ayam broiler.
Baca Juga:RPHU Pulo Gadung Ditutup Ormas Secara Sepihak, Pedagang Ayam Potong Protes
Setiap petani minimal mendapatkan pembiayaan minimal Rp50 juta untuk mengembangkan sekitar 5.000 ekor ayam potong.
"UMKM di sektor peternakan umumnya beroperasi di skala desa, dan masih minim tersentuh oleh layanan keuangan inklusif maupun teknologi. Lewat kerja sama, peternak dapat mengakses layanan keuangan inklusif," ujarnya.
Sistem pembiayaan yang digunakan dalam kolaborasi bersama stakeholder lain berbeda dengan sistem tanggung renteng yang selama ini dipakai dalam menyalurkan modal ke perempuan pengusaha ultra mikro.
Para peternak ayam dapat mengajukan pembiayaan yang digunakan untuk membeli peralatan ternak berbasis teknologi dari BroilerX, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi.
"Melalui program Kemitraan Partner Farming, peternak dapat memilih tenor pembiayaan yang lebih singkat sesuai masa panen di sektor peternakan, yaitu mulai dari 45 hari sampai 90 hari. Dalam menyalurkan modal bagi peternak ayam," kata dia.
Kontributor : Putu Ayu Palupi