SuaraJogja.id - Jengah dengan serangan kera ekor panjang yang terus dan semakin masif belakangan ini membuat warga Kalurahan Jurangjero Kecamatan Ngawen Gunungkidul nekat membakar lahan guna mengusir hewan primata tersebut.
R, salah seorang warga Jurangjero mengatakan sejak kemarau panjang terjadi di wilayah mereka serangan kera ekor panjang tak kunjung berhenti.
Berbagai tanaman yang dibudidayakan oleh para petani seperti jagung kedelai ataupun kacang tanah ludes akibat serangan kera ekor panjang.
Berbagai upaya telah mereka lakukan untuk mengusir kera ekor panjang tersebut mulai dengan bersiaga di seputaran ladang hingga memasang jaring di lahan mereka ternyata tak mampu meminimalisir serangan kera ekor panjang ini. Kera ekor panjang masih saja menyerang tanaman yang mereka budidayakan.
Baca Juga:Hutan di Gunung Lawu Kebakaran, Polisi Kirimkan Personel untuk Lakukan Pemadaman
"Ya pusing wong tanaman ndak bisa panen. Rugi besar," kata dia, Sabtu (2/9/2023).
Warga bingung karena ketika memburu kera ekor panjang takut berurusan dengan hukum karena hewan tersebut termasuk salah satu yang dilindungi. Karena sudah kehilangan cara mengusir kera ekor panjang tersebut, warga akhirnya membakar lahan lahan di sekitar area pertanian mereka.
Namun akibat kemarau panjang yang terjadi belakangan ini pembakaran lahan tersebut justru merembet semakin luas dan tak terkontrol. Malam Sabtu lahan seluas sekitar 500 meter persegi sudah terbakar warga pun berusaha dengan cara manual memadamkan api.
"Sekitar tengah malam api berhasil dipadamkan," kata Ketua Badan Musyawarah Kalurahan (Bamuskal) Jurangjero, Gunadi, Sabtu (2/9/2023)
Namun titik api kembali muncul Sabtu Siang. Akibat hembusan angin yang cukup besar dan lahan yang kering maka kebakaran tersebut seolah tak terkendali. Apalagi lahan yang terbakar berada di tempat yang cukup sulit dijangkau.
Baca Juga:Petani 2 Desa di Banyuwangi Diteror Kawanan Kera, Lahan Pertanian Rusak
Di mana lahan yang terbakar berada di daerah dengan kemiringan lebih dari 45 derajat dan tidak ada akses jalan terutama untuk mobil pemadam kebakaran. Lahan tersebut susah dijangkau dari jurang jeruk berjarak sekitar 3 km sementara dari Gunung Gambar berjarak sekitar 1 km.
"Dan memang tidak ada akses jalan ke sana. Karena di sana itu lahan tidur, tidak ditanami dan kalau musim penghujan itu biasanya untuk pengaritan [mencari pakan],"ujar dia.
Lahan yang terbakar tersebut berada di lereng sehingga hembusan angin semakin kencang. Akibatnya api semakin membesar dan sulit dikendalikan. Warga juga kesulitan memadamkan dengan cara manual karena berada di medan yang sulit dijangkau.
"Itu yang terbakar sekarang bisa 4 hektare lebih," tambahnya.
Kontributor : Julianto