Menjaga Kesehatan Mental Remaja Demi Estafet Kesuksesan di Masa Depan

"Selama ini, kesehatan mental memang kurang diperhatikan dengan serius," ujar Ratih.

M Nurhadi
Selasa, 31 Oktober 2023 | 10:39 WIB
Menjaga Kesehatan Mental Remaja Demi Estafet Kesuksesan di Masa Depan
Puskesmas Godean 2 memberikan pengarahan terkait kesehatan mental kepada pelajar [Suara.com/Hadi/Ist]

Remaja yang dimaksud dalam kelompok ini adalah yang telah terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang digunakan sebagai acuan dalam menetapkan diagnosis gangguan mental di Indonesia.

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa gangguan cemas merupakan gangguan yang paling umum terjadi pada remaja, mencapai 3,7%. Di posisi kedua terdapat gangguan depresi mayor dengan persentase 1,0%, diikuti oleh gangguan perilaku dengan 0,9%.

Selain itu, terdapat juga gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dengan masing-masing persentase sebesar 0,5%.

Data ini menggambarkan tingginya angka prevalensi gangguan kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia, yang menjadi perhatian serius mengingat hampir 20% dari populasi Indonesia berusia 10-19 tahun.

Baca Juga:Jordi Onsu Salahkan Gen Z Gerai Geprek Bensu Banyak yang Tutup, karena Rentan Alami Masalah Kesehatan Mental?

Peran Puskesmas Godean 2

Ratih mengungkapkan, Puskesmas Godean 2 juga memiliki program SEHATII (Sekolah Sehat Jasmani dan Rohani). Program ini membina para remaja untuk mempromosikan pentingnya untuk peduli terhadap kesehatan mental di sekolah.

"Selama ini, kesehatan mental memang kurang diperhatikan dengan serius. Biasanya, setelah ada temuan kasus (masalah kesehatan mental) pihak sekolah baru mengundang ahli," ujar Ratih.

Dengan adanya program SEHATII, teman sebaya bisa menyampaikan promosi pentingnya kesehatan mental dan langkah-langkah antisipasi atau mendeteksi awal dari masalah kesehatan mental agar bisa tertangani lebih dini.

"Edukasi seperti ini kami bebaskan kepada pihak sekolah terkait promosinya. Kami hanya memberikan dasar ilmunya saja. Mereka juga kami latih konseling sebaya untuk membantu temannya yang takut jika menghadap BK," kata dia.

Baca Juga:Pelihara Hewan Dapat Bantu Kesehatan Mental Pemiliknya, Ini Alasannya Menurut Influencer Sharon Matsuda

Inisiatif Mata Hati mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, UNFPA sebagai lembaga PBB untuk kesehatan reproduksi dan seksual, Yayasan Siklus Indonesia, dan perwakilan dari Kedubes Kanada.

Novi Anggriani, Senior International Assistance Officer dari Kedubes Kanada bahkan pernah menyampaikan apresiasi tinggi terhadap program Mata Hati. Menurutnya, integrasi pelayanan kesehatan mental di Sleman telah mencakup semua tahap kehidupan, sebuah pencapaian yang tak disangka sebelumnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak