SuaraJogja.id - Dinkes Kota Yogyakarta intensif melakukan skrining penyakit ginjal pada siswa SD dan SMP di wilayah tersebut guna mencegah terjadinya gagal ginjal yang memerlukan pengobatan cuci darah atau hemodialisis pada anak.
"Kami menjalankan program lintas sektor terkait pencegahan ini. Kami melakukan skrining wajib bagi anak-anak sekolah," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Waryono, saat dihubungi pada Jumat (2/8/2024).
Menurut Waryono, dalam skrining tersebut, para siswa diminta mengisi kuesioner dan mengikuti wawancara mengenai ada atau tidaknya penyakit tidak menular (PTM), termasuk gangguan ginjal.
Dari hasil skrining ini, Waryono menyebut bahwa hingga saat ini belum ditemukan kasus gagal ginjal pada anak di Kota Yogyakarta.
Baca Juga:Lembur Mengecat Aspal, Cara Warga Jogja Hentikan Aksi Balap Liar Maut
Ia menambahkan bahwa sempat ada satu pasien anak dengan gejala gangguan ginjal, namun berhasil ditangani dengan cepat setelah dirujuk ke RSUP Dr Sardjito.
"Tidak ada kasus gagal ginjal spesifik. Mungkin baru gejala awal dan sudah tertangani," katanya.
Pernyataan ini disampaikan Waryono menanggapi informasi mengenai banyaknya pasien anak yang menjalani pengobatan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang sempat viral di media sosial.
Selain melakukan skrining, Dinkes Kota Yogyakarta bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk meningkatkan edukasi tentang konsumsi makanan dan minuman sehat bagi siswa melalui program kantin sehat guna mencegah gangguan ginjal.
Waryono menekankan bahwa kebiasaan anak mengonsumsi minuman berpewarna dan berpemanis buatan berisiko merusak nefron, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Baca Juga:Nekat Jualan di Selasar Pedestrian Malioboro, 32 PKL Kena Tipiring!
"[Minuman berpewarna] dapat menyebabkan kerusakan nefron. Filternya ada di nefron, jadi jika nefronnya terganggu, tidak bisa menyaring hasil metabolisme tubuh dengan baik," jelasnya.
Dinkes Kota Yogyakarta juga telah memetakan rumah sakit yang dapat melayani cuci darah atau hemodialisis di Kota Yogyakarta.
"Jika pasien anak, kami akan merujuknya ke RSUP Sardjito sebagai rumah sakit rujukan," katanya.
Sebelumnya, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Eka Laksmi Hidayati, mengklarifikasi bahwa tingginya jumlah anak yang menjalani dialisis atau cuci darah di RSCM disebabkan oleh status RSCM sebagai rumah sakit rujukan yang menerima pasien dari berbagai daerah, termasuk luar Jawa.
Eka menjelaskan bahwa saat ini terdapat sekitar 60 anak yang menjalani dialisis secara rutin, dengan 30 di antaranya menjalani hemodialisis.