Partisipasi Pemilih Pilkada di Jogja Berkurang Signifikan, Ini Catatan Bawaslu DIY

Selain itu secara konteks politik, penyelenggaraan pilpres dan pilkada juga berbeda. Dalam pileg dan pilpres, mesin politik bergerak sangat masif dan terorganisir.

Galih Priatmojo
Rabu, 27 November 2024 | 19:14 WIB
Partisipasi Pemilih Pilkada di Jogja Berkurang Signifikan, Ini Catatan Bawaslu DIY
Ketua Bawaslu DIY, Mohammad Najib menyampaikan tentang pilkada kabupaten/kota di Yogyakarta, Rabu (27/11/2024) sore. [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Antusiasme pemilih dalam pilkada di kabupaten/kota di DIY nampaknya tak sebesar saat pemilihan presiden (pilpres) lalu. Bawaslu DIY mencatat, angka partisipasi pemilih dalam pilkada yang digelar serentak, Rabu (27/11/2024) jauh menurun dibandingkan pilpres lalu. 

Kondisi ini terlihat dari banyaknya kertas suara yang tidak terpakai selama pemungutan suara di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sehingga petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengenbalikan kertas suara tidak terpakai ke KPU di masing-masing kabupaten/kota.

"Partisipasi pemilih dalam pilkada sering kali lebih rendah memang dibandingkan pilpres. Tentu saja ada banyak alasannya," papar Ketua Bawaslu DIY, Mohammad Najib di Yogyakarta, Rabu Sore.

Dicontohkan Najib, dalam pileg atau pilpres, partisipasi bisa meningkat karena melibatkan banyak pekerja kampanye yang mampu memobilisasi pemilih. Hal ini memungkinkan orang-orang yang sebelumnya tidak terlalu aktif pun akhirnya menggunakan hak pilih mereka.

Baca Juga:Optimis Usai Nyoblos Pilkada Sleman 2024, Harda Kiswaya: Target Kami Menang

Selain itu secara konteks politik, penyelenggaraan pilpres dan pilkada juga berbeda. Dalam pileg dan pilpres, mesin politik bergerak sangat masif dan terorganisir.

Sedangkan dalam pilkada, karena cakupannya lebih kecil, akibatnya daya dukung mesin politik juga terbatas. Oleh karena itu, jumlah masyarakat yang terdorong untuk datang ke TPS juga lebih sedikit. 

Persentase yang rendah itu tentu dipengaruhi banyak faktor. Tetapi, jelas tidak bisa disamakan partisipasi dalam pilkada dengan pileg atau pilpres yang cenderung lebih tinggi.

"Saya menduga beberapa masyarakat tidak hadir karena alasan seperti kurangnya motivasi atau tidak menemukan sosok kandidat yang dianggap ideal," tandasnya.

Najib menambahkan, kurangnya daya tarik kandidat juga jadi faktor rendahnya jumlah pemilih dalam pilkada ini. Banyak masyarakat yang merasa tidak menemukan figur yang sesuai dengan harapan mereka. 

Baca Juga:Nyoblos Bareng Keluarga, Kustini Sri Purnomo Optimis Menang Pilkada Sleman 2024

"Tentu ini memerlukan riset yang mendalam. Namun, berdasarkan pengalaman dari pemilu-pemilu sebelumnya, tingkat partisipasi pilkada cenderung lebih rendah. Kita bisa mengingat, misalnya, pilkada di kota tertentu pada tahun 2000, yang hanya mencatatkan partisipasi sebesar 52 persen," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak