Gropyokan Massal hingga Fumigasi, Petani Sleman Berjibaku Lawan Hama Tikus

Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama berkelompok.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 05 Januari 2025 | 16:01 WIB
Gropyokan Massal hingga Fumigasi, Petani Sleman Berjibaku Lawan Hama Tikus
Ilustrasi tikus (Pexels/jamie hendry)

SuaraJogja.id - Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman masih mencatat serangan hama tikus sepanjang 2024. Total luasan lahan yang diserang tikus itu seluas 559 hektare.

"Serangan hama tikus di Kabupaten Sleman sampai dengan akhir tahun 2024 adalah seluas 559 hektare," kata Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, dalam keterangannya, Minggu (5/1/2025).

Disampaikan Suparmono, serangan hama tikus itu dibagi dalam beberapa kategori. Mulai dari tingkat serangan ringan (R) seluas 410 hektare, tingkat serangan sedang (S) seluas 81 hektare, dan tingkat serangan berat (B) seluas 42 hektare.

"Serta tingkat serangan puso (P) seluas 26 hektare sehingga jumlahnya (J) ada 559 hektare," imbuhnya.

Baca Juga:Belanja Wisatawan yang Berkunjung ke Sleman Berkisar Rp1,778 Juta, Paling Tinggi dari Australia

Tiga wilayah yang paling masif terkena serangan hama tikus itu yakni Minggir, Moyudan dan Godean. Masing-masing wilayah itu diserang hama seluas 183 hektare di Minggir, lalu di Moyudan seluas 154 hektare dan Godean seluas 142 hektare.

Suparmono bilang pihaknya tidak tinggal diam menghadapi serangan hama tikus tersebut. Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan baik secara preventif maupun responsif dengan prinsip-prinsip PHT terus dilakukan selama tahun 2024.

"Hasilnya mampu mengendalikan 135 hektare dari total luas tambah serangan 559 hektare. Sehingga serangan riil hama tikus pada Tahun 2024 di Kabupaten Sleman terjadi seluas 424 hektare," tandasnya.

Kegiatan pengendalian hama tikus diprioritaskan pada awal tanam atau pengendalian dini. Hal itu untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadia generatif padi.

Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama berkelompok dan terkoordinasi secara luas hamparan. Beberapa langkah pengendalian yang sudah dilakukan oleh petugas pengendali OPT (POPT) beserta dengan petugas lapang lainnya.

Baca Juga:Produksi Sampah di Sleman Meningkat Saat Malam Tahun Baru, Lokasi Ini Jadi Penyumbang Terbanyak

Sejumlah gerakan itu mulai dari gropyokan massal atau berburu tikus oleh semua anggota kelompok tani. Gerakan ini dilakukan serentak pada saat sebelum tanam dengan melibatkan seluruh petani.

"Pada saat gorpyokan ada berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian sarang atau pembongkaran sarang tikus yang ada di tanggul irigasi, jalan sawah ataupun lahan kosong, pemukulan, dan penjeratan," ucapnya.

Lalu dilakukan pula pengumpanan racun tikus dengan rodentisida akut atau anti koagulan yang dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalulintas tikus. Teknik pengumpanan dilakukan pada fase vegetatif.

Kemudian upaya fumigasi atau dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar.

"Upaya fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi," ujarnya.

Terakhir upaya yang tak kalah penting dengan memanfaatkan musuh alami. Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak