"Gerakan ini untuk memantik perbincangan kembali selama ini kebudayaan menjadi isu pinggiran tidak pernah diisu mainstream atau menjadi bingkau atau yang melatari suatu pembangunan," sambungnya.
Harapannya kebudayaan dengan pilar-pilarnya bisa terus mengawal perkembangan dan pembanguan di Indonesia.
"Kebudayan tetap menjadi panglima arus utama dan menjadi pilar yang membingkai dan melatari setiap gerak kebudayan gerak pembangunan negara," imbuhnya.
Sementara itu penanggung jawab acara, Heri Pemad, menyampaikan bahwa merchandise berbau kritikan itu merupakan inisiatif dari seniman. Hal itu bisa dimaknai pula sebagai pengingat kepada pemerintah.
Baca Juga:Gen Z Harus Tahu, Ini Tips Anti Boncos Kelola Keuangan Menurut Pengamat Keuangan UGM
"Itu sebagai pengingat bahkan itu mungkin itu bukan kritik, tapi sebagai pengingat aja terus menerus. Kita kan Indonesia yang namanya netizen ternyata justru mungkin bisa lebih diperhatikan dengan cara apapun termasuk hal-hal kayak gini. Ini kreatif. Dia akan ada kalau ada tekanan," ujar Heri.
Dia bilang, ketika sesuatu yang harus dirayakan bukan hanya berarti sebagai seremoni saja. Melainkan sebagai penanda dan pengingat untuk penguasa saat ini.
"Ini kan merayakan kementerian kebudayaan yang baru, itu dengan cara apapun dan mereka bebas itu inisiatif mereka [seniman]," imbuhnya.