Paus Fransiskus Wafat: Kenangan Kunjungan ke Indonesia & Seruan Perdamaian Abadi di Hati Umat Yogyakarta

Paus Fransiskus wafat di usianya yang ke-88 di Vatikan.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 21 April 2025 | 18:52 WIB
Paus Fransiskus Wafat: Kenangan Kunjungan ke Indonesia & Seruan Perdamaian Abadi di Hati Umat Yogyakarta
Suasana misa harian sekaligus mendoakan Paus Fransiskus di Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, Senin (21/4/2025). [Hiskia/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Langit Yogyakarta terlihat sendu sore itu, seolah tampak ikut berkabung atas kepergian seorang tokoh besar yang selama ini menjadi panutan jutaan umat Katolik di seluruh dunia.

Satu persatu kaki warga jemaat melangkah memasuki lingkungan Gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta. Perlahan memasuki ruang ibadat.

Tak banyak kata-kata, hanya keheningan dan wajah-wajah yang menyimpan rasa kehilangan.

Memang hari ini merupakan jadwal misa harian. Namun tak sedikit dari mereka yang datang hanya sekadar untuk mengikuti misa harian.

Baca Juga:Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat

Lebih dari itu, para jemaat membawa serta doa-doa untuk Bapa Suci yang baru saja wafat: Paus Fransiskus.

Sonratho Marola, seorang umat paroki yang sudah lama tinggal di Jogja, yang baru datang tampak tenang.

Suaranya bergetar saat mengenang lirih ketika ditanya mengenai pemimpin Gereja Katolik itu.

"Kepergian Paus Fransiskus ini mengejutkan kita dan bukan kita juga umat Katolik, tapi saya rasa seluruh dunia turut berduka cita dengan kepergian beliau," ucap Sonratho, Senin (21/4/2025).

Ia terdiam sejenak ketika mengingat kembali sosok sang Bapa Suci Paus Fransiskus. Seruan kemanusiaan memberikan pesan tersendiri bagi dia.

Baca Juga:Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin

Sonratho turut mengenang kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada awal September 2024 lalu.

"Kita tahu seruan-seruan kemanusiaan yang dia serukan, terakhir tentang Gaza, itu sangat berarti bagi perdamaian dunia. Dan kita tentu masih ingat kunjungan beliau ketika tahun lalu ke Indonesia, memberikan harapan besar kepada kita, khususnya umat Katolik dan masyarakat Indonesia," tuturnya.

Bagi Sonratho, Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin rohani. Ia adalah simbol harapan dan kasih. Terutama dalam dunia yang sering kali dilanda ketegangan dan ketidakadilan akhir-akhir ini.

Paus Fransiskus saat masih aktif berkegiatan. (Twitter)
Paus Fransiskus saat masih aktif berkegiatan. (Twitter)

"Sekali lagi, bukan umat Katolik saja yang kehilangan beliau, tapi saya rasa seluruh rakyat dunia merasa kehilangan beliau. Sebagai sosok pemimpin dunia yang patut kita contoh dan kita teladani cara hidup beliau," ungkapnya.

Sonratho juga mengenang masa-masa sakit Paus Fransiskus sebagai momen penuh mukjizat. Bagaimana tidak, pada hari-hari terakhirnya, Paus Fransiskus nyatanya masih bisa merayakan Paskah bersama umat Katolik.

"Satu hal yang kita lihat, mukjizat yang beliau alami dan mukjizat bagi kami umat Katolik, waktu sakit sudah tidak ada harapan beliau sembuh, tapi luar biasa dengan doa-doa umat Katolik seluruh dunia membuat beliau mendapatkan mukjizat dan beliau bisa bangkit dari sakit," tandasnya.

Ia bersyukur bahwa sang paus masih sempat merayakan Paskah terakhir bersama umat Katolik. Momen itu kini terasa seperti hadiah terakhir sebelum akhirnya sang Bapa Suci berpulang.

"Kita juga mengucap syukur karena beliau masih bisa merayakan Paskah terakhir bersama kami umat Katolik," tandasnya.

Sosok Paus Fransiskus memang dikenal dengan kerendahan hati dan suara lantangnya menyerukan perdamaian. Hal itu diakui pula oleh seorang jemaat lain, Ardi (33).

Bagi Ardi, pesan pada momen Paskah terakhir kemarin terasa seperti salam perpisahan. Ada kesan mendalam yang tertinggal, apalagi mengetahui bahwa Paus sempat sakit beberapa waktu sebelumnya.

"Jadi seperti kemarin itu pesan Paskah, seperti pamitan yang sangat berkesan, karena kan apalagi sempat 15 hari sebelumnya sempat sakit karena paru-paru itu. Jadi benar-benar enggak nyangka," ucap Ardi.

Baik Sonratho maupun Ardi datang ke misa sore itu bukan karena rutinitas semata. Keduanya membawa kehadiran yang sarat makna.

"Kebetulan memang misa harian dan kebetulan juga ada misa untuk mendoakan Bapa Paus. Sekalian aku pulang kerja langsung ke sini," ujar Ardi.

Senada dengan Sonratho, hari ini terasa lebih dari sekadar rutinitas. Dia yakin hampir seluruh umat Katolik di dunia pasti akan merasakan hal yang sama, kehilangan sosok yang dikagumi.

"Pertama memang saya rutin misa harian. Kebetulan juga tadi saya mendapat berita duka yang luar biasa, jadi saya rasa semua umat Katolik di Indonesia akan mengikuti misa harian pada hari ini. Bahkan seluruh dunia, saya yakin akan berkumpul untuk mendoakan Bapa Fransiskus," ungkapnya.

Gema doa dan pujian dalam misa sore itu mengalir lembut, bersatu dalam keheningan dan harapan.

Gereja Kotabaru hanyalah fragmen kecil dari duka besar yang kini dirasakan dunia. Umat meyakini Paus Fransiskus tak pernah benar-benar pergi, namun tetap tinggal dalam setiap seruan damai dan cinta kasih.

Serta dalam setiap doa yang dipanjatkan, seperti senja kali ini, dari sudut kecil Kota Yogyakarta, menuju langit Roma untuk melepas kepulangan Paus Fransiskus ke rumah Bapa surga yang baka.

Tak Ada Ibadat Khusus

Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta belum memutuskan apakah akan menggelar ibadat khusus untuk mengenang wafatnya Paus Fransiskus atau tidak. Namun, gereja tetap akan mendoakan mendiang Paus Fransiskus.

Staf Sekretariat Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru, Eka Rahayu, menyebut keputusan tersebut masih menunggu koordinasi dengan Romo dan Dewan Pastoral Paroki.

"Terkait mengadakan acara khusus untuk mengenang beliau atau ibadah khusus untuk mengenang beliau itu kami belum tahu, karena memang benar-benar baru, karena Romo juga sedang tidak ada di tempat," kata Eka, kepada wartawan, Senin (21/4/2025).

Namun ia memastikan bahwa doa untuk almarhum Paus Fransiskus akan disisipkan dalam misa harian yang digelar sore hari.

Menurutnya, mendoakan arwah mereka yang telah meninggal memang sudah menjadi bagian dari tradisi umat Katolik dalam perayaan Ekaristi.

"Yang pasti adalah pada saat perayaan ekaristi harian nanti sore kami akan mendoakan beliau [Paus Fransiskus]. Kami mempunyai tradisi untuk mendoakan arwah orang-orang yang sudah meninggal," ungkapnya.

Meskipun belum diumumkan secara resmi oleh gereja, dia menilai umat telah mengetahui kabar wafatnya Paus Fransiskus. Apalagi di era perkembangan informasi yang cepat sekarang.

Para jemaat gereja pun sudah mulai menunjukkan reaksi duka melalui media sosial masing-masing. Eka menyebut bahwa informasi cepat menyebar di tengah era digital.

Di mata umat Paroki Kotabaru, Eka menuturkan Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok sederhana dan ramah.

Eka menambahkan, karena paroki mereka dikelola oleh Serikat Yesus, beberapa romo dan frater bahkan sempat bertemu langsung dalam audiensi khusus saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia.

"Beliau itu dari konggregasi Serikat Yesus dan di Gereja Kotabaru gerejanya Serikat Yesus, maka kemarin Romo kami dan beberapa frater itu punya kesempatan untuk audiensi langsung. Semua berjabat tangan, sempat ngobrol meskipun secara umum, dalam audiensi," kenangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak