Jika akses keluar diperbaiki, tempat ini bisa menampung hingga 30 bus wisata. Namun saat ini hanya bisa menampung dua baris karena keterbatasan manuver kendaraan besar.
Sedangkan untuk kendaraan kecil dan motor, sebagian besar masih digunakan oleh pelanggan dan pekerja seafood yang sebelumnya juga beraktivitas di TKP ABA.
Doni juga menyebutkan fasilitas dasar seperti kelistrikan dan pengolahan limbah di area food court masih dalam tahap pengerjaan.
Hal ini menghambat para pedagang untuk membuka lapak secara maksimal.
Baca Juga:Relokasi Jukir dan Pedagang ke Menara Kopi Terancam Gagal: Izin Keraton Jogja Belum Turun
Selain itu, minimnya penerangan jalan dari Menara Kopi ke Malioboro juga menjadi kendala yang dirasakan oleh wisatawan.
"Kemarin ada rombongan bus datang malam hari. Mereka enggak berani jalan ke Malioboro karena jalannya gelap. Harapan kami, pemerintah bisa menambahkan lampu jalan agar wisatawan merasa aman dan nyaman," paparnya.
Para pedagang, juru parkir, hingga pengelola berharap Pemda DIY dan Keraton Yogyakarta segera memberikan perhatian terhadap kondisi ini.
Dengan izin yang belum turun dan minimnya fasilitas penunjang, potensi ekonomi di kawasan ini belum bisa dimanfaatkan secara optimal.
"Kalau izinnya segera keluar, akses mudah, dan penerangan ditambah, tempat ini bisa ramai. Kami ingin segera bangkit, tapi tidak bisa tanpa dukungan semua pihak," imbuhnya.
Baca Juga:TKP ABA Resmi Ditutup, Ratusan dan Jukir Harus Bongkar Lapak ke Menara Kopi
Kontributor : Putu Ayu Palupi