SuaraJogja.id - Kabar mengenai kondisi kesehatan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) tengah menjadi sorotan publik.
Hal ini bermula dari perubahan warna pada wajahnya yang memicu dugaan adanya peradangan kulit.
Menurut penuturan ajudan pribadinya, Jokowi mulai jatuh sakit tak lama setelah kembali dari perjalanan ke Vatikan, di mana ia menghadiri pemakaman mendiang Paus Fransiskus.
Jokowi disebut mengalami reaksi alergi pada kulit. Namun, hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan, salah satunya apakah perjalanan internasional dapat menjadi penyebab utama munculnya alergi seperti itu.
Baca Juga:Covid-19 Naik Lagi, Ini Kata Dinkes Sleman Soal 'Cita Mas Jajar' dan Vaksinasi
Menanggapi isu tersebut, Epidemiolog sekaligus pakar kesehatan global dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa bepergian ke luar negeri memang bisa memicu reaksi alergi yang sebelumnya tidak pernah dialami.
"Perjalanan lintas negara berpotensi memicu alergi kulit, bahkan pada individu yang tidak memiliki riwayat alergi berat sebelumnya," ujar Dicky saat dihubungi Suara.com pada Senin (23/6/2025).
Dicky menerangkan bahwa kondisi seperti ini dikenal sebagai hipersensitivitas primer, yaitu reaksi tubuh saat pertama kali terpapar alergen atau zat pemicu alergi yang sebelumnya belum pernah dikenali oleh sistem kekebalan tubuh.
Reaksi tersebut bisa muncul secara tiba-tiba, dengan gejala yang sebelumnya tidak pernah dirasakan oleh penderita.
Beberapa faktor yang umum menjadi pemicu alergi selama perjalanan internasional, lanjut Dicky, meliputi paparan debu, serbuk sari, hingga spora jamur yang tidak terdapat di lingkungan asal seseorang.
Baca Juga:PN Sleman Gelar Sidang Perdana Polemik Ijazah Jokowi Hari Ini
Selain itu, bahan kimia yang digunakan di fasilitas hotel, seperti sabun, deterjen, hingga pengharum ruangan, juga dapat memicu reaksi alergi pada kulit, terutama bagi individu dengan sensitivitas tinggi.
Dicky menambahkan, makanan khas luar negeri juga dapat menjadi faktor pemicu alergi.
Beberapa produk seperti keju fermentasi, wine, atau saus pasta tertentu dari Eropa mengandung histamin tinggi yang pada sebagian orang bisa menimbulkan reaksi alergi.
"Selain itu, konsumsi obat-obatan atau suplemen baru selama perjalanan juga bisa menjadi pemicu alergi. Paparan sinar matahari berlebihan dapat menyebabkan photosensitive dermatitis, terutama pada kulit yang sensitif, apalagi jika disertai penggunaan obat tertentu,” tambahnya.
Gejala alergi kulit yang biasa muncul sangat beragam, mulai dari ruam, bercak kemerahan, hingga rasa gatal yang hebat.
Dalam dunia medis, reaksi alergi kulit ini umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu dermatitis kontak alergik dan urtikaria atau yang dikenal masyarakat sebagai biduran.
- 1
- 2