SuaraJogja.id - Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinsos DIY) memastikan kesiapan penuh seluruh komponen Sekolah Rakyat (SR) jenjang SMA menjelang dimulainya tahun ajaran baru 2025/2026.
Program pendidikan berbasis karakter dan keterampilan ini ditujukan bagi siswa dari keluarga kurang mampu sebagai upaya memutus rantai kemiskinan di DIY.
Kepala Dinsos DIY, Endang Patmintarsih, mengungkapkan bahwa persiapan telah mencakup seluruh aspek, mulai dari penetapan guru, kepala sekolah, kesiapan fasilitas asrama, hingga pelaksanaan masa orientasi siswa.
"Pengumuman guru telah dilakukan pada 3 Juli 2025. Meski data lengkapnya belum kami terima, diperkirakan jumlah guru berkisar antara 18 hingga 19 orang, disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar dan mata pelajaran. Kepala sekolah juga telah aktif menjalankan tugasnya," ujar Endang dikutip Minggu (13/7/2025).
Baca Juga:Putusan MK Bikin Pusing Daerah: Sekolah Gratis Impian atau Mimpi?
Sebanyak 275 siswa yang lolos seleksi berdasarkan data kemiskinan ekstrem (desil 1 dan 2) telah resmi diterima sebagai peserta angkatan pertama Sekolah Rakyat DIY. Mereka akan mulai mengikuti masa orientasi dan pemeriksaan kesehatan pada 14 Juli 2025.
Endang menegaskan bahwa pemeriksaan kesehatan bersifat tidak menggugurkan, melainkan sebagai data awal untuk penanganan medis apabila ditemukan kondisi tertentu.
"Kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DIY dan puskesmas setempat. Tujuannya semata untuk memantau kondisi kesehatan awal siswa," jelasnya.
Masa orientasi akan berlangsung selama dua bulan, difokuskan pada adaptasi siswa terhadap sistem pendidikan berasrama, pengenalan lingkungan sekolah, serta pembentukan karakter dan kedisiplinan.
Materi orientasi telah dirancang agar siswa mampu mengikuti pola belajar yang berbeda dari sekolah umum.
Baca Juga:Sekolah Rakyat Gandeng TNI/Polri, Disiplin Ala Militer untuk Anak Miskin?
Sebelumnya, pihak sekolah juga telah mengajak siswa dan orang tua untuk mengunjungi lokasi sebanyak tiga kali. Mereka diperkenalkan dengan lingkungan belajar, ruang kelas, kamar asrama, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.
"Orang tua dan siswa sudah melihat langsung gedung, kamar, dan fasilitas lainnya. Semua sudah disiapkan, tinggal pelaksanaan," tambah Endang.
Sekolah Rakyat DIY memiliki dua lokasi utama, yakni di Sonosewu, Kabupaten Bantul, dan Purwomartani, Kabupaten Sleman. Kedua sekolah ini memanfaatkan bangunan hasil rehabilitasi untuk dijadikan asrama.
Di SR Purwomartani, satu kamar dihuni dua siswa dengan kamar mandi di dalam. Sementara itu, di SR Sonosewu, kapasitas kamar bervariasi antara tiga hingga enam siswa, tergantung pada bentuk ruangan yang menyerupai model guest house atau dormitory.
"Meski bangunan tidak seragam, kami sesuaikan agar tetap nyaman dan layak sebagai tempat tinggal dan belajar siswa," ungkap Endang.
Dari total 275 siswa yang diterima, sebanyak 200 orang akan menjalani pendidikan di Sekolah Rakyat Sonosewu, Bantul, dan 75 siswa lainnya di Sekolah Rakyat Purwomartani, Sleman.