Soal Keracunan di Sleman, Dinkes Minta SPPG Jaga Higienitas

Dinkes Sleman tindak lanjuti temuan bakteri (E.Coli, dll) di sampel makanan MBG. Pemantauan sanitasi dapur & air, klorinasi, PHBS, pelatihan SPPG, & batasi durasi konsumsi <4 jam.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 26 Agustus 2025 | 21:27 WIB
Soal Keracunan di Sleman, Dinkes  Minta SPPG Jaga Higienitas
Ilustrasi menu program makan bergizi gratis (MBG). (ist)

SuaraJogja.id - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Cahya Purnama, bakal segera menindaklanjuti temuan bakteri pada sample makanan hingga feses dari para siswa diduga keracunan makanan program makan bergizi gratis (MBG).

Salah satunya untuk berencana menurunkan tim ke lapangan untuk memantau langsung penyedia MBG. Cahya menyebut pemantauan ini akan fokus pada sanitasi lingkungan dapur dan kebersihan sumber air.

"Jadi nanti kami akan berupaya, puskesmas untuk bisa memantau supaya hygine [kebersihan] sanitasi lingkungannya juga dijaga," kata Cahya, kepada wartawan, Selasa (26/8/2025).

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) DIY, ditemukan adanya kemungkinan cemaran bakteri pada makanan yang dikonsumsi para siswa.

Baca Juga:PBB Sleman 2025: Kabar Baik, Tak Naik, Denda Malah Mau Dihapus!

Indikasi sementara mengarah pada tiga jenis bakteri yakni bakteri Escherichia Coli [e-coli], Clostridium species, dan Staphylococcus.

Cahya menjelaskan dari temuan itu salah satu rekomendasi utama adalah melakukan klorinasi pada air yang digunakan untuk memasak.

Hal ini diperlukan agar air terbebas dari bakteri E.coli yang bisa mencemari makanan sejak tahap persiapan.

"Kita intervensi kalau memang sudah ada E-Coli yang tinggi, kita kasih tindakan dengan klorinisasi," tandasnya.

Selain itu, kata Cahya, penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga mutlak dilakukan oleh seluruh pekerja dapur SPPG.

Baca Juga:Dana Keistimewaan DIY Dipangkas Setengah: Nasib Event Budaya Sleman di Ujung Tanduk

Mulai dari cara mencuci bahan makanan hingga peralatan makan harus benar-benar steril.

"Harus dimulai dari hulu ke hilirnya ini," tegasnya.

Oleh sebab itu, Dinkes Sleman akan memberikan pelatihan bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuannya agar para penjamah makanan memahami standar kebersihan yang tepat.

Imbauan Penyajian Makanan

Selain itu, Cahya meminta penyedia makanan memperhatikan durasi antara proses masak hingga konsumsi.

Menurutnya, makanan sebaiknya tidak dibiarkan lebih dari empat jam sebelum dikonsumsi agar tetap aman.

"Memang kami imbau, tolong waktu masaknya itu sampai dimakan itu tidak lebih dari 4 jam," tegasnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya pemisahan batch atau kelompok saat pemasakan maupun distribusi makanan.

"Artinya kalau ini [MBG] nanti dibuat kayak batch atau mungkin dibuat kayak plotter 1, 2, 3 dan sebagainya, itu juga harus sesuai dengan itu, jangan dicampur. Nanti yang disebut plotter 3 itu ada campuran plotter 1 dan 2, misalnya itu jangan sampai," ungkapnya.

"Jadi sesuai dengan batchnya. Sehingga nanti diharapkan kalau terjadi keracunan pangan di masyarakat, apapun itu, itu kita bisa lacak penyebabnya dari mana," tambahnya.

Selain itu, ia menilai jumlah porsi yang ditangani satu dapur SPPG masih terlalu besar.

Apalagi satu penyedia bahkan harus melayani sekitar 3.600 porsi per hari.

"Ini sebenarnya memang usulan kami, kalau bisa, dipecah sebenarnya. Jangan terlalu banyak. Perbanyak saja dapurnya enggak apa-apa," kata dia.

Sebelumnya diberitakan ratusan siswa di empat sekolah yang berada di Mlati, Sleman diduga mengalami keracunan usai menyantap makanan program MBG.

Keracunan itu terjadi di SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMP Negeri 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?