Sekali dalam Sewindu, Sri Sultan HB X Pimpin Prosesi Langka Jejak Banon saat Rangkaian Sekaten

Reruntuhan batu bata pun jadi rebutan warga

Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 05 September 2025 | 14:49 WIB
Sekali dalam Sewindu, Sri Sultan HB X Pimpin Prosesi Langka Jejak Banon saat Rangkaian Sekaten
Prosesi Jejak Banon di Masjid Keraton Yogyakarta, Kamis (4/9/2025) malam. [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian Hajad Dalem Sekaten
  • Sri Sultan HB X memimpin langsung pada proses tradisi Jejak Banon yang hanya dilaukan 8 tahun sekali
  • Tradisi yang merubuhkan tembok batu bata tersebut mendapat antusias warga

SuaraJogja.id - Ratusan warga dan wisatawan memadati kawasan Masjid Keraton Yogyakarta, Kamis (4/9/2025) malam.

Mereka menyaksikan momen langka prosesi yang hanya digelar delapan tahun sekali.

Dalam rangkaian Hajad Dalem Sekaten Tahun Dal 1959 di Yogyakarta.

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X memimpin tradisi Jejak Banon di pintu masuk masjid.

Baca Juga:Sekaten Jogja 2025: Gamelan Pusaka Ditabuh, Pasukan Langka Kembali! Catat Jadwal Lengkapnya

Dalam prosesi dengan nama Jejak Banon yang hadir pada Tahun 'Dal', Sultan mendorong tumpukan bata yang menutup pintu hingga roboh.

"Kemudian melangkahi pecahan bata yang berserakan sebagai simbol Jejak Banon," papar Koordinator Rangkaian Prosesi Garebeg Mulud Dal 1959, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Kusumanegara, di sela prosesi.

Dalam prosesi itu, Sultan yang hadir didampingi putrinya GKR Mangkubumi dan GKR Bendara hadir dengan balutan surjan biru bermotif bunga-bunga.

Sebelum prosesi, Sultan melaksanakan prosesi udhik-udhik dengan menyebarkan beras, biji-bijian, uang logam, dan bunga di Pagongan Kidul, Pagongan Lor, hingga ke dalam Masjid Keraton.

"Tradisi udhik-udhik merupakan simbol sedekah raja kepada masyarakat dan abdi dalem, yang disambut riuh rendah warga yang berebut berkah," jelasnya.

Baca Juga:Demi Nonton Grebeg Sekaten, Sutarno Menginap di Masjid Keraton

Kemudian Sultan bersama keluarga mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh Penghulu Keraton.

Sekitar pukul 22.00 WIB, Sultan lalu menuju pintu butulan di sisi selatan masjid dan melakukan prosesi Jejak Banon di hadapan ratusan warga dan wisatawan.

Reruntuhan batu bata pun jadi rebutan warga. Mereka percaya, pecahan itu membawa berkah dan memiliki makna tersendiri.

Sebab Jejak Banon bukan sekadar ritual seremonial, melainkan sarat nilai sejarah dan filosofis.

Prosesi itu mengenang usaha Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan HB I, pendiri Keraton Yogyakarta, yang menyelamatkan diri dari kejaran Belanda setelah menunaikan salat Jumat di Masjid Keraton.

"Jejak Banon melambangkan semangat Jawa dan Islam dalam mendobrak tatanan lama. Ini membuka cakrawala baru bagi orang Jawa terhadap agama Islam yang baru masuk di tanah Jawa ini," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?