Libur Natal 2025: Kunjungan Wisata Bantul Anjlok, Target PAD Meleset Akibat Cuaca Ekstrem?

Kunjungan wisatawan ke Bantul saat Natal 2025 turun drastis dibanding 2024. Penyebab utama: cuaca ekstrem. PAD Bantul terpengaruh.

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 27 Desember 2025 | 12:48 WIB
Libur Natal 2025: Kunjungan Wisata Bantul Anjlok, Target PAD Meleset Akibat Cuaca Ekstrem?
Objek wisata pantai selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipadati wisatawan. [ANTARA/Hery Sidik]
Baca 10 detik
  • Dinas Pariwisata Bantul mencatat 38.650 wisatawan berkunjung selama Natal 2025, menurun drastis dari 64.422 wisatawan tahun sebelumnya.
  • Penurunan kunjungan wisatawan ini diprediksi berdampak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata Bantul.
  • Dinas Pariwisata Bantul mengantisipasi penurunan karena cuaca ekstrem, menggarisbawahi kerentanan wisata alam mereka.

SuaraJogja.id - Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat penurunan drastis dalam jumlah kunjungan wisatawan selama periode liburan Natal 2025.

Data yang dihimpun dari 21 hingga 25 Desember menunjukkan hanya 38.650 orang yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Bantul.

Angka ini jauh di bawah capaian tahun sebelumnya, Natal 2024, yang berhasil menarik 64.422 wisatawan dalam periode yang sama.

Penurunan signifikan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai strategi pariwisata Bantul ke depan, terutama di tengah tantangan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.

Baca Juga:Libur Natal 2025: DIY Diserbu Dua Juta Kendaraan, Wisatawan Padati Stasiun dan Titik Masuk Utama

"Data kunjungan wisatawan dari semua TPR (tempat pemungutan retribusi) wisata se-Bantul dari tanggal 21 sampai 25 Desember sebanyak 38.650 orang," kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo Adi, saat dikonfirmasi di Bantul, DIY, Sabtu (27/12/2025).

Kunjungan ini meliputi berbagai objek wisata beretribusi yang dikelola Pemkab Bantul, mulai dari pantai-pantai populer seperti Parangtritis, Samas, Gua Cemara, dan Baru, hingga destinasi alam seperti Goa Cerme dan Goa Selarong.

Penurunan jumlah wisatawan ini tentu berdampak langsung pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata.

Meskipun Markus Purnomo Adi menyebutkan bahwa penerimaan retribusi wisata dari pembelian tiket masuk selama liburan tersebut dapat berkontribusi sekitar Rp500 juta ke PAD, angka ini diperkirakan jauh di bawah potensi maksimal jika kunjungan wisatawan stabil atau meningkat. Perbandingan dengan Natal 2024 semakin memperjelas bahwa tahun ini sektor pariwisata Bantul menghadapi tantangan serius.

Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Saryadi, mengakui bahwa pihaknya memang tidak memasang target kunjungan yang ambisius untuk libur akhir tahun 2025 yang bertepatan dengan Natal hingga tahun baru. Alasannya cukup jelas: cuaca yang tidak mendukung untuk aktivitas wisata.

Baca Juga:7 Promo Makan Natal dan Tahun Baru 2025 di Restoran dan Hotel Jogja

"Kita tidak pasang target kunjungan untuk libur Natal dan tahun baru tahun ini, mengalir saja, kalau harapannya mudah mudahan minimal sama dengan tahun kemarin, walaupun tahun ini secara akumulasi tren kunjungan turun dari tahun kemarin," ujarnya.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Dinas Pariwisata Bantul sudah mengantisipasi penurunan ini, namun besarnya penurunan tetap menjadi perhatian.

Saryadi menambahkan bahwa pada momen libur Natal dan tahun baru tahun lalu, kunjungan wisatawan ke Bantul mencapai sekitar 200.000 orang di semua objek wisata, dengan kawasan pantai menjadi primadona. Ketergantungan Bantul pada wisata alam menjadikannya sangat rentan terhadap perubahan cuaca.

"Mudah-mudahan tidak ada cuaca ekstrem itu saja kita berharap besar, karena wisata kita itu kan mayoritas wisata alam, sehingga sangat sensitif terhadap cuaca, kalau tidak hujan mudah mudahan lumayan tingkat kunjungan," harapnya.

Kondisi ini menyoroti urgensi bagi Dinas Pariwisata Bantul untuk mengembangkan strategi mitigasi risiko cuaca dan diversifikasi produk wisata.

Mengandalkan sepenuhnya pada wisata alam yang sangat sensitif terhadap cuaca ekstrem dapat menjadi bumerang di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak