Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 18 Maret 2019 | 17:19 WIB
Tim SAR gabungan melintasi banjir untuk mengevakuasi warga terdampak banjir di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (17/3/2019). [Antara/Hendra Nurdiyansyah]

SuaraJogja.id - Mijan berbaring di dipan panjang, di halaman rumahnya yang dilapisi lumpur. Tubuh tuanya tergolek lelah.

Di dekatnya, istrinya, Tuminem, berdiri di pintu. Tak jauh dari rumah Tuminem, Wagirah dan cucunya duduk di halaman rumah tetangga. Rumah mereka masih basah, barang-barang menumpuk di halaman, karena banjir menerjang rumahnya, Minggu (17/3).

Sejumlah tetangga berkumpul di pos-pos kamling, sebagian lain sibuk membersihkan halaman rumah mereka. Tuminem menarik lengan reporter Suara.com.

"Sini masuk rumah saya, lihat rumah saya," kata dia lirih.

Baca Juga: Pulang ke Rumah, Ayah Malah Tewas di Tangan Putranya Sendiri

Ruangan tengah rumah Tuminem yang berlapis keramik tampak sudah bersih. Lantai itu masih basah dan terasa licin. Tuminem membuka pintu belakang rumahnya dan mulai menangis.

Perempuan berusia sekitar 60 tahun itu menunjukkan kondisi dapurnya yang morat-marit dihajar banjir. Hanya terlihat beberapa wajan kecil dan kayu yang berserakan.

Dua ruangan lain minim barang-barang. Hanya televisi tabung yang berhasil ia selamatkan. Tak ada lemari atau kasur.

"Saya dan suami sehari-hari memetik cabe, setiap kilo dikasih Rp2.000 atau Rp3.000. Sehari saya sama suami hanya bisa kumpul uang itu Rp30.000. Uangnya saya kumpulkan untuk membenahi dapur, tapi belum jadi sudah terkena banjir," kata Tuminem dalam bahasa daerah.

Tuminem menceritakan, sebelumnya banjir pernah menerjang rumahnya pada medio 2017 hingga 2018. Ketika itu, empat kambingnya mati terbawa arus.

Baca Juga: Daftar Lengkap Nominasi Dahsyatnya Awards 2019

Ada pula yang tercebur ke sumur bersama luapan air.

Load More