Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Kamis, 04 April 2019 | 19:59 WIB
Slamet Juniarto. (Suara.com/Sri Handayani)

"Deal Rp 750 ribu. Saya nangis waktu itu," kata dia. 

Keduanya lalu bertukar cerita. Mendengar kisah Slamet, perempuan asal Godean itu bersedia membayar uang muka 50 persen dan meminta Slamet pulang menemui istrinya. 

"Jadi pagi saya dapat pesanan, sekitar jam 12.00 saya pulang," ujar Slamet. 

Istri Slamet terkejut melihat kedatangannya. Siang itu juga, Slamet memboyong istri dan anaknya yang masih balita ke Yogyakarta. Kini, Slamet telah sekitar 18 tahun tinggal di Kota Budaya. Bersama para perupa Yogyakarta, ia sempat membuat Sanggar Arundaya. "Tapi masih berupa WA Group," kata dia. 

Baca Juga: Taklukan Ranking 12 Dunia, Kevin / Marcus Perpanjang Superioritas

Slamet menyenangi lukisan-lukisan realis. Namun, sesekali ia juga membuat lukisan ekspresionis maupun abstrak. Lukisan-lukisannya bernilai hingga Rp 50-60 juta. Banyak pembelinya berasal dari kalangan kolektor. Ia biasanya menyertakan sertifikat sebagai tanda keotentikan karyanya. 

Slamet juga sering membuat lukisan berbau kebudayaan Indonesia dan lukisan bertema relijius. Karya paling berkesan adalah lukisan Barabudhura dan Parabrahman. Keduanya menggambarkan Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Untuk lukisan bertema relijius, ia tak hanya membuat gambar alkitabiah, namun juga kaligrafi Islam.

Dimulai dari sketsa wajah di pinggir jalan, kini ribuan karya Slamet telah tersebar di seluruh Indonesia. Dari kegiatan melukis pula, ia membangun jaringan di Yogyakarta

Kontributor : Sri Handayani

Baca Juga: BPN Klaim Pilot Pesawat Prabowo Subianto Ditekan Pihak Tertentu

Load More