Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 08 Juli 2019 | 16:24 WIB
Suasana Pasar Glagah di Wates Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut rencana pasar ini akan digusur untuk membuat penunjang fasilitas bandara. [Suara.com/Rahmad Ali]

SuaraJogja.id - Sejumlah pedagang di Pasar Glagah Dusun Glagah, Kelurahan Glagah, Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) keberatan dengan adanya pembangunan Jalur Jalan Lingkar Selatan (JJLS) menuju Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA).

Salah satunya Nani Sri Setiowati (42) pedagang rumah makan di sekitar pasar Glagah. Nani mengaku sudah dua kali harus tergusur sejak pembangunan bandara YIA dikebut.

Sebelumnya, Nani berjualan di sekitar Pantai Glagah Indah Dusun Sangkertan, Kelurahan Glagah. Ia terpaksa pindah karena lahan tempatnya berjualan terdampak pembangunan YIA.

"Dulu saya punya warung di daerah penginapan sangkertan. Lebih besar dari yang sekarang. Harganya cuman 15 ribu permeter," kata Nani Senin (8/6/2019)

Baca Juga: Pemda DIY Pastikan Relokasi Pasar Glagah Kulon Progo Sudah Ada IPL

Nani menceritakan, warung yang baru dibelinya di dusun Glagah, yang hanya berukuran 100 meter persegi kembali harus tergusur akibat pembangunan JJLS.

"Sudah dua kali saya harus tergusur. Tapi mau gimana ini pemerintah yang minta saya enggak berani jawab untuk nolak atau enggak," tambahnya

Nani khawatir harga ganti rugi yang ditawarkan kembali memberatkannya. Terlebih warung tersebut merupakan satu satunya tempat ia mencari nafkah.

"Rumah saya habis, termasuk warungnya. Tapi yang saya pikirkan warungnya ini, kalau tempat tidur saya bisa dimana aja," keluhnya.

Lantaran itu tambah Nani, harga tanah setiap tahun naik. Terlebih harga tanah di dekat bandara akan terus melambung. Oleh karena itu, jika pun ia terpaksa digusur, harga warungnya harus bisa membeli lahan yang baru.

Baca Juga: Pengamat: Penumpang Bandara Yogyakarta YIA Butuh Taksi Online

"Harga tanah kan tiap tahun naik, jadi ya ganti rugi harus setimpal," tutupnya.

Load More